BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua
pengetahuan yang sifatnya pasti hanya Tuhan yang tahu. Dari semua makhluk
Tuhan, hanya manusialah yang mempunyai nalar dan mampu mengembangkan
pengetahuannya dengan sungguh-sungguh. Makhluk lain seperti hewan juga
mempunyai pengetahuan, tetapi mereka mempergunakan atau melakukan suatu hal
hanya sebatas yang dia tahu saja. Ilmu pengetahuan juga mendapat sarana dari
bahasa, bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup
dan dalam kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti
bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh luar biasa dan
termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu Metode Ilmiah
2.
Apa saja dasar-dasar pengetahuan
3.
Bagaimana sumber pengetahuan
4.
Apa pengertian bahasa
5.
Bagaimana hubungan bahasa dengan filsafat
6.
Apa saja kelemahan-kelemahan bahasa
1.3 Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui metode ilmiah
2.
Untuk mengetahui dasar-dasar pengetahuan
3.
Untuk mengetahui sumber pengetahuan
4.
Untuk mengetahui apa itu bahasa
5.
Untuk mengetahui hubungan bahasa dengan filsafat
6.
Untuk mengetahui apa saja kelemahan bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ilmu Pengetahuan
a.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari
bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami
perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam
bahasa Jerman wissenschaft.
Kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab “alimah” yang sama dengan kata
dalam bahasa Inggris “science” yang berasal dari bahasa Latin “scio” yang
kemudian di Indonesiakan menjadi sains.
Ilmu harus
diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan
metode tertentu, dan aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang
sistematis. Ilmu sebagai aktivitas
ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inquiry),
usaha menemukan (attempt to find), atau pencarian (search). Oleh karena itu, pencarian biasanya dilakukan
berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini dipergunakan istilah research
(penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan
pengetahuan baru.[1]
2.2
Metode Ilmiah
a. Pengertian metode ilmiah
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “Methos”
yang berarti cara, perjalanan sesudah, dan kata “Rovos”berarti cara
perjalanan arah. Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematis
dari beberapa proses dan asas logika dan percobaan yang sistematis yang
menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah.
b. Syarat-syarat teori ilmiah
1.
Harus konsisten dengan teori sebelumnya yang memungkinkan tidak
terjadinya kontrakdiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2.
Harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang bagaimana
pun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh penguji empiris tidak dapat
diterima kebenarannya secara ilmiah.
c. Karakteristik metode ilmiah
Metode ilmiah tergantung pada karekterisasi yang
cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karekterisasi, ilmuan
mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang
teliti. Umumnya terdapat empat karakteristik dan penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik yaitu suatu penelitian harus disusun
dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar,
dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis, suatu penelitian dikatakan benar
bila dapat diterima akal dan berdasakan fakta empiris.
3. Empiris, suatu
penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan atau
melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
4. Replikatif, suatu penelitian yang pernah
dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil
yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama agar
bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional, variable menjadi langkah
penting bagi peneliti.[2]
2.3 Pengelompokan
Ilmu-Ilmu
a.
Ilmu formal dan Ilmu nonformal
Ilmu
formal adalah ilmu yang tidak bermaksud untuk menyelidiki secara sistematis
data-data indrawi yang konkret. Contohnya : matematika dan ilmu filsafat. Ilmu
nonformal adalah ilmu yang memiliki tujuan untuk menyelidiki secara sistematis
data-data indrawi yang konkret. Contohnya : ilmu hayat, ilmu alam, dan ilmu
manusia.
b.
Ilmu Murni dan Ilmu Terapan
Ilmu
murni/teoritis adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran demi kebenaran.
Contohnya Matematika dan metafisika. Ilmu terapan/ilmu praktis adalah ilmu yang
bertujuan untuk diaplikasikan atau diambil manfaatnya. Contohnya : psikologi,
sosiologi, dll
c.
Ilmu Nomotesis dan Idiografis
Ilmu
nomotesis adalah ilmu-ilmu alam, objek pembahasannya itu pengalaman, dan
berhubungan dengan suatu hukum. Contohnya : karma. Ilmu idiografis adalah
ilmu-ilmu budaya, objeknya bersifat individual, dan bersifat unik hanya terjadi
satu kali. Contohnya : pengalaman.
d.
Ilmu deduktif dan Ilmu induktif
Ilmu
deduktif merupakan proses pemikiran di mana akal budi manusia dari pengetahuan
tentang hal-hal yang umum dan abstrak menyimpulkan tentang hal-hal yang
bersifat khusus dan individual. Ilmu induktif merupakan proses pemikiran akal
budi manusia dari pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat khusus dan individual
menarik kesimpulan tentang hal-hal yang bersifat umum dan abstrak.
e.
Naturwissenschaften dan Geisteswissenschaften
Menurut
wilhelm Dilthey, natur adalah ilmu pengetahuan alam dan objek
pembahasannya adalah benda alam atau gejala alam atau benda alam. Geist
adalah ilmu budaya dengan objek pembahasannya adalah produk manusiawi.
2.4
Pengelompokan ilmu menurut para filsuf
No.
|
Jenis ilmu
|
Ragam ilmu
|
|
Ilmu Teoritis
|
Ilmu Praktis
|
||
1.
|
Ilmu-ilmu
matematis
|
Aljabar dan
geometri
|
Accounting
dan statistik
|
2.
|
Ilmu-ilmu fisis
|
Kimia dan
fisika
|
Ilmu
keinsyuran dan metalurgi
|
3.
|
Ilmu-ilmu
biologis
|
Biologi
molekuler dan biologi sel
|
Ilmu
pertanian dan ilmu peternakan
|
4.
|
Ilmu-ilmu
psikologis
|
Psikologi
eksperimental dan psikologi perkembangan
|
Psikologi
pendidikan dan psikologi perindustrian
|
5.
|
Ilmu-ilmu
sosial
|
Antropologi
dan ilmu ekonomi
|
Ilmu
administrasi dan ilmu marketing
|
6.
|
Ilmu-ilmu
linguistik
|
Linguistik
teoritis dan linguistik perbandingan
|
Linguistik
terapan dan seni terjemahan
|
7.
|
Ilmu-ilmu
interdisipliner
|
Biokimia dan ilmu
lingkungan
|
2.5
Dasar-dasar pengetahuan
a.
Penalaran
Penalaran
adalah suatu proses berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Ciri-ciri penalaran ada dua, yaitu : pertama, adanya suatu pola
pikir yang secara luas disebut logika. Kedua, adanya sifat analitik dari proses
berpikirnya.
b.
Logika
Logika berasal
dari kata Yunani Kuno yaitu “Logos” yang artinya hasil pertimabangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu,
kecakapan atau alat untuk berpikir luas. Logika secara luas dapat didefinisikan
sebagai pengkajian untuk berpikir secara shahih, atau berpikir yang sampai pada
kesimpulan, maka dia tidak boleh kembali ke asal.
Jadi kesimpulan dari logika ada dua yaitu : logika induktif dan logika
deduktif.
1. Logika induktif adalah cara berpikir dimana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat individual dari berbagai kasus yang
bersifat umum.
2. Logika deduktif adalah cara berpikir dimana
dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpualan yang bersifat khusus.
c. Sumber pengetahuan
Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang
tidak jelas yang timbul dari indra kita, ingat atau angan-angan kita. Ada
beberapa sumber untuk mendpatkan pengetahuan antara lain :
1. Rasionalisme
Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini
berakar dari kata bahasa Latin Ratio yang berarti “Akal”.
2. Empiris
Empris adalah salah satu aliran dalam filsuf yang menekan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan
mengecilkan peran akal.
3. Intuisi
Intuisi adalah pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan.
4. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-Nya sepanjang zaman.[4]
2.6 Bahasa
a.
Pengertian Bahasa
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang
memungkinkan objek-objek factual ditranformasikan menjadi symbol-simbol
abstrak. Sedangkan
menurut para ahli sebagai berikut :
1.
Menurut Wibowo, bahasa merupakan sistem symbol bunyi yang bermakna
dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan
konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia
untuk melahirkan perasaan dan pikiran,
2. Menurut Syamsudin, bahasa adalah alat
yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan
perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk memengaruhi dan dipengaruhi.
2.7 Esensi Bahasa Ditinjau dari segi Filsafat
1. Bidang-bidang khusus yang dikaji dalam
filsafat bahasa
a. Filsafat analitik atau filsafat bahasa
penggunaan istilahnya tergantung pada preferensi filsuf yang bersangkutan.
Namun pada umumnya kita dapat menjelaskan pendekatan ini sebagai suatu yang
mengangap analisis bahasa sebagi tugas mendasar filsuf.
b. Filsafat sintetik sering menimbulkan
pandangan yang mengabaikan semua mitos dalam pencarian sistem ilmiah. Sejauh
mana filsuf-filsuf membolehkan cara pikir mitologis untuk memainkan peran dalam
berfilsafat barang kali sebanding sejauh mana mereka mengakui berapa bentuk
logika sintetik sebagai komplomen analitik yang sah.
c.
Filsafat hermeneutik
Hermeneutika
sebagai seni pemerolehan pemahaman pembicaraan secara lengkap baik ucapan
ataupun tulisan. Di bawah ini tiga prinsip dasar yang harus selalu diikuti :
1.
Pembaca harus menangkap gaya atau “genre” pembicara/penulis
2.
Aturan logika yang tidak bisa berubah dari Aristotelian harus
digunakan untuk menangkap makna setiap kalimat
3.
“Perspektif” atau “sudut pandang” pembicara/penulis harus
ditanamkan di dalam benak, terutama ketika membanding laporan yang berbeda
tenang peristiwa atau pandangan yang sama.
2.
Hubungan bahasa dan pengetahuan bahasa
Relasi antara
hubungan bahasa dan pengetahuan bahasa dapat dikatakan sebagai hubungan
kausalitas. Dan di dalam perkembangannya, bahasa sudah dijadikan objek menarik
bagi penerungan, pembahasan, dan penelitian dunia filsafat.
3.
Hubungan bahasa dengan filsafat
Untuk
mengomunikasikan kepada orang lain tentang hasil pemikiran kefilsafatan. Karena
pada dasarnya filsafat itu untuk mencari jawaban dan makna dari seluruh simbol
yang menampakkan diri di alam semesta, sedangkan bahasa sebagai alat untuk
membongkar seluruh rahasia simbol-simbol tersebut.[5]
2.8
Fungsi-fungsi bahasa
1.
Fungsi kognitif
Fungsi ini mencari kebenaran untuk menjelaskan proposisi-proposisi
yang dipikirkannya, apakah benar atau tidak, sehingga ia menerima atau
menolaknya secara rasional.
2.
Fungsi emotif
Fungsi ini mencakupi fungsi ekspresif dan fungsi evokatif. Fungsi
ekspresif adalah peran menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif). Sedangkan fungsi evokatif adalah peran memberikan respon emosional
terhadap suasana tersebut.
3.
Fungsi imperatif
Fungsi ini dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu.
4.
Fungsi seremonial
Fungsi ini untuk menghormati ritual atau upacara pada kulturnya
masing-masing.
5.
Fungsi metalingual
2.9 Kelemahan-kelemahan
bahasa
1. Bahasa sebagai
suatu sistem simbol ternyata tidak dapat mengungkapkan seluruh realitas yang
ada di dunia.
2. Bahasa ketika
digunakan oleh pengguna bahasa sering kali memiliki kecendrungan emosional yang
tak terarah.
3. Sering dijumpai
ungkapan-ungkapan bahasa dimanipulasi demi kepentingan tertentu.
4. Suatu ungkapan
bahasa sering dijumpai menimbulkan arti ganda.
5. Ungkapan bahasa
sering juga menimbulkan banyak arti atau arti yang sama.
6. Bahasa tidak
selamanya mampu memberikan respon
7. Anggapan bahwa
setiap ide yang akan diungkapkan oleh pemakai bahasa itu ada kata atau istilah
yang tersedia.
8. Banyak orang
yang beranggapan bahwa setiap kata yang diungkapkan mengacu kepada suatu objek
yang konkret.[7]
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab “alimah” yang sama dengan kata
dalam bahasa Inggris “science” yang
berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire dan
dalam bahasa Jerman wissenschaft yang berarti mempelajari, mengetahui.
Ilmu pengetahuan biasa di dapat dari aktivitas sehari-hari lalu diteliti
kebenarannya menggunakan metode ilmiah. Ada beberapa karakteristik metode
ilmiah supaya ilmu pengetahuan tersebut dapat digunakan oleh masyarakat antara
lain : sistematik, logis, empiris, dan replikatif. Dasar-dasar ilmu pengetahuan
bisa di dapat melalui nalar, logika, dan sumber-sumber pengetahuan lainnya.
Maka dari manfaatkanlah ilmu yang kita miliki untuk hal-hal kebaikan dalam
kehidupan sehari. Sedangkan bahasa adalah alat untuk komunikasi bagi manusia
dimana ia dapat saling mempengaruhi dan saling mengeluarkan ekspresifnya
masing-masing.
Bahasa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa Nasional pada saat sumpah pemuda 28 Oktober
1928. Bahasa Indonesia dipilih dikarenakan lebih mudah dipahami dan dipelajari
oleh masyarakat luas dibandingkan dengan bahasa daerah Indonesia yang ada.
Bahasa dan ilmu filsafat saling mempengaruhi satu sama lain, dimana ilmu
filsafat sebagai penelitian kebenaran suatu ilmu sedangkan bahasa sebagai alat
komunikasi untuk menyebar luaskan ilmu tersebut yang telah diteliti.
3.2
Saran
Janganlah kalian pelit untuk berbagi ilmu kepada orang lain, karena
sesungguhnya berbagi ilmu itu sungguh perbuatan yang amat mulia. Gunakanlah
bahasa yang baik dan sopan, karena sesungguhnya cara bicara kalian adalah
cermin bagi kepribadian kalian. Jagalah bahasa Indonesia kita agar tidak luntur
di dalam masyarakat.
No comments:
Post a Comment