Saturday, February 29, 2020

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN DAN BAHASA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Semua pengetahuan yang sifatnya pasti hanya Tuhan yang tahu. Dari semua makhluk Tuhan, hanya manusialah yang mempunyai nalar dan mampu mengembangkan pengetahuannya dengan sungguh-sungguh. Makhluk lain seperti hewan juga mempunyai pengetahuan, tetapi mereka mempergunakan atau melakukan suatu hal hanya sebatas yang dia tahu saja. Ilmu pengetahuan juga mendapat sarana dari bahasa, bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan dalam kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa itu Metode Ilmiah
2.      Apa saja dasar-dasar pengetahuan
3.      Bagaimana sumber pengetahuan
4.      Apa pengertian bahasa
5.      Bagaimana hubungan bahasa dengan filsafat
6.      Apa saja kelemahan-kelemahan bahasa

1.3  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui metode ilmiah
2.      Untuk mengetahui dasar-dasar pengetahuan
3.      Untuk mengetahui sumber pengetahuan
4.      Untuk mengetahui apa itu bahasa
5.      Untuk mengetahui hubungan bahasa dengan filsafat
6.      Untuk mengetahui apa saja kelemahan bahasa



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Ilmu Pengetahuan
a.       Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam bahasa Jerman wissenschaft.
Kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab “alimah” yang sama dengan kata dalam bahasa Inggris “science” yang berasal dari bahasa Latin “scio” yang kemudian di Indonesiakan menjadi sains.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.  Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inquiry), usaha menemukan (attempt to find), atau pencarian (search).  Oleh karena itu, pencarian biasanya dilakukan berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini dipergunakan istilah research (penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru.[1]

2.2  Metode Ilmiah
a.       Pengertian metode ilmiah
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “Methos” yang berarti cara, perjalanan sesudah, dan kata “Rovos”berarti cara perjalanan arah. Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematis dari beberapa proses dan asas logika dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah.
b.      Syarat-syarat teori ilmiah
1.      Harus konsisten dengan teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontrakdiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2.      Harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang bagaimana pun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh penguji empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
c.       Karakteristik metode ilmiah
Metode ilmiah tergantung pada karekterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karekterisasi, ilmuan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang teliti. Umumnya terdapat empat karakteristik dan penelitian ilmiah, yaitu :
1.      Sistematik yaitu suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2.      Logis, suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasakan fakta empiris.
3.      Empiris, suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
4.      Replikatif, suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional, variable menjadi langkah penting bagi peneliti.[2]

2.3  Pengelompokan Ilmu-Ilmu
a.       Ilmu formal dan Ilmu nonformal
Ilmu formal adalah ilmu yang tidak bermaksud untuk menyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang konkret. Contohnya : matematika dan ilmu filsafat. Ilmu nonformal adalah ilmu yang memiliki tujuan untuk menyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang konkret. Contohnya : ilmu hayat, ilmu alam, dan ilmu manusia.
b.      Ilmu Murni dan Ilmu Terapan
Ilmu murni/teoritis adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran demi kebenaran. Contohnya Matematika dan metafisika. Ilmu terapan/ilmu praktis adalah ilmu yang bertujuan untuk diaplikasikan atau diambil manfaatnya. Contohnya : psikologi, sosiologi, dll
c.       Ilmu Nomotesis dan Idiografis
Ilmu nomotesis adalah ilmu-ilmu alam, objek pembahasannya itu pengalaman, dan berhubungan dengan suatu hukum. Contohnya : karma. Ilmu idiografis adalah ilmu-ilmu budaya, objeknya bersifat individual, dan bersifat unik hanya terjadi satu kali. Contohnya : pengalaman.
d.      Ilmu deduktif dan Ilmu induktif
Ilmu deduktif merupakan proses pemikiran di mana akal budi manusia dari pengetahuan tentang hal-hal yang umum dan abstrak menyimpulkan tentang hal-hal yang bersifat khusus dan individual. Ilmu induktif merupakan proses pemikiran akal budi manusia dari pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat khusus dan individual menarik kesimpulan tentang hal-hal yang bersifat umum dan abstrak.
e.       Naturwissenschaften dan Geisteswissenschaften
Menurut wilhelm Dilthey, natur adalah ilmu pengetahuan alam dan objek pembahasannya adalah benda alam atau gejala alam atau benda alam. Geist adalah ilmu budaya dengan objek pembahasannya adalah produk manusiawi.

2.4  Pengelompokan ilmu menurut para filsuf
No.
Jenis ilmu
Ragam ilmu
Ilmu Teoritis
Ilmu Praktis
1.
Ilmu-ilmu matematis
Aljabar dan geometri
Accounting dan statistik
2.
Ilmu-ilmu fisis
Kimia dan fisika
Ilmu keinsyuran dan metalurgi
3.
Ilmu-ilmu biologis
Biologi molekuler dan biologi sel
Ilmu pertanian dan ilmu peternakan
4.
Ilmu-ilmu psikologis
Psikologi eksperimental dan psikologi perkembangan
Psikologi pendidikan dan psikologi perindustrian
5.
Ilmu-ilmu sosial
Antropologi dan ilmu ekonomi
Ilmu administrasi dan ilmu marketing
6.
Ilmu-ilmu linguistik
Linguistik teoritis dan linguistik perbandingan
Linguistik terapan dan seni terjemahan
7.
Ilmu-ilmu interdisipliner
Biokimia dan ilmu lingkungan
Farmasi dan perencanaan kota[3]


2.5  Dasar-dasar pengetahuan
a.       Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Ciri-ciri penalaran ada dua, yaitu : pertama, adanya suatu pola pikir yang secara luas disebut logika. Kedua, adanya sifat analitik dari proses berpikirnya.
b.      Logika
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu “Logos” yang artinya hasil pertimabangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir luas. Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara shahih, atau berpikir yang sampai pada kesimpulan, maka dia tidak boleh kembali ke asal.
Jadi kesimpulan dari logika ada dua yaitu : logika induktif dan logika deduktif.
1.      Logika induktif adalah cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat individual dari berbagai kasus yang bersifat umum.
2.      Logika deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpualan yang bersifat khusus.
c.       Sumber pengetahuan
Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indra kita, ingat atau angan-angan kita. Ada beberapa sumber untuk mendpatkan pengetahuan antara lain :

1.      Rasionalisme
Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa Latin Ratio yang berarti “Akal”.
2.      Empiris
Empris adalah salah satu aliran dalam filsuf yang menekan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peran akal.
3.      Intuisi
Intuisi adalah pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan.
4.      Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-Nya sepanjang zaman.[4]

2.6   Bahasa
a.       Pengertian Bahasa
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek factual ditranformasikan menjadi symbol-simbol abstrak. Sedangkan menurut para ahli sebagai berikut :
1.      Menurut Wibowo, bahasa merupakan sistem symbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran,
2.      Menurut Syamsudin, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk memengaruhi dan dipengaruhi.


2.7  Esensi Bahasa Ditinjau dari segi Filsafat
1.      Bidang-bidang khusus yang dikaji dalam filsafat bahasa
a.       Filsafat analitik atau filsafat bahasa penggunaan istilahnya tergantung pada preferensi filsuf yang bersangkutan. Namun pada umumnya kita dapat menjelaskan pendekatan ini sebagai suatu yang mengangap analisis bahasa sebagi tugas mendasar filsuf.
b.      Filsafat sintetik sering menimbulkan pandangan yang mengabaikan semua mitos dalam pencarian sistem ilmiah. Sejauh mana filsuf-filsuf membolehkan cara pikir mitologis untuk memainkan peran dalam berfilsafat barang kali sebanding sejauh mana mereka mengakui berapa bentuk logika sintetik sebagai komplomen analitik yang sah.
c.       Filsafat hermeneutik
Hermeneutika sebagai seni pemerolehan pemahaman pembicaraan secara lengkap baik ucapan ataupun tulisan. Di bawah ini tiga prinsip dasar yang harus selalu diikuti :
1.      Pembaca harus menangkap gaya atau “genre” pembicara/penulis
2.      Aturan logika yang tidak bisa berubah dari Aristotelian harus digunakan untuk menangkap makna setiap kalimat
3.      “Perspektif” atau “sudut pandang” pembicara/penulis harus ditanamkan di dalam benak, terutama ketika membanding laporan yang berbeda tenang peristiwa atau pandangan yang sama.

2.      Hubungan bahasa dan pengetahuan bahasa
Relasi antara hubungan bahasa dan pengetahuan bahasa dapat dikatakan sebagai hubungan kausalitas. Dan di dalam perkembangannya, bahasa sudah dijadikan objek menarik bagi penerungan, pembahasan, dan penelitian dunia filsafat.

3.      Hubungan bahasa dengan filsafat
Untuk mengomunikasikan kepada orang lain tentang hasil pemikiran kefilsafatan. Karena pada dasarnya filsafat itu untuk mencari jawaban dan makna dari seluruh simbol yang menampakkan diri di alam semesta, sedangkan bahasa sebagai alat untuk membongkar seluruh rahasia simbol-simbol tersebut.[5]

2.8  Fungsi-fungsi bahasa
1.      Fungsi kognitif
Fungsi ini mencari kebenaran untuk menjelaskan proposisi-proposisi yang dipikirkannya, apakah benar atau tidak, sehingga ia menerima atau menolaknya secara rasional.
2.      Fungsi emotif
Fungsi ini mencakupi fungsi ekspresif dan fungsi evokatif. Fungsi ekspresif adalah peran menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif). Sedangkan fungsi evokatif adalah peran memberikan respon emosional terhadap suasana tersebut.
3.      Fungsi imperatif
Fungsi ini dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu.
4.      Fungsi seremonial
Fungsi ini untuk menghormati ritual atau upacara pada kulturnya masing-masing.
5.      Fungsi metalingual
Fungsi untuk mendeskripsi bahasa (dirinya sendiri).[6]

2.9  Kelemahan-kelemahan bahasa
1.      Bahasa sebagai suatu sistem simbol ternyata tidak dapat mengungkapkan seluruh realitas yang ada di dunia.
2.      Bahasa ketika digunakan oleh pengguna bahasa sering kali memiliki kecendrungan emosional yang tak terarah.
3.      Sering dijumpai ungkapan-ungkapan bahasa dimanipulasi demi kepentingan tertentu.
4.      Suatu ungkapan bahasa sering dijumpai menimbulkan arti ganda.
5.      Ungkapan bahasa sering juga menimbulkan banyak arti atau arti yang sama.
6.      Bahasa tidak selamanya mampu memberikan respon
7.      Anggapan bahwa setiap ide yang akan diungkapkan oleh pemakai bahasa itu ada kata atau istilah yang tersedia.
8.      Banyak orang yang beranggapan bahwa setiap kata yang diungkapkan mengacu kepada suatu objek yang konkret.[7]









BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab “alimah” yang sama dengan kata dalam bahasa Inggris “science” yang berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire dan dalam bahasa Jerman wissenschaft yang berarti mempelajari, mengetahui. Ilmu pengetahuan biasa di dapat dari aktivitas sehari-hari lalu diteliti kebenarannya menggunakan metode ilmiah. Ada beberapa karakteristik metode ilmiah supaya ilmu pengetahuan tersebut dapat digunakan oleh masyarakat antara lain : sistematik, logis, empiris, dan replikatif. Dasar-dasar ilmu pengetahuan bisa di dapat melalui nalar, logika, dan sumber-sumber pengetahuan lainnya. Maka dari manfaatkanlah ilmu yang kita miliki untuk hal-hal kebaikan dalam kehidupan sehari. Sedangkan bahasa adalah alat untuk komunikasi bagi manusia dimana ia dapat saling mempengaruhi dan saling mengeluarkan ekspresifnya masing-masing.
Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa Nasional pada saat sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia dipilih dikarenakan lebih mudah dipahami dan dipelajari oleh masyarakat luas dibandingkan dengan bahasa daerah Indonesia yang ada. Bahasa dan ilmu filsafat saling mempengaruhi satu sama lain, dimana ilmu filsafat sebagai penelitian kebenaran suatu ilmu sedangkan bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyebar luaskan ilmu tersebut yang telah diteliti.

3.2  Saran
Janganlah kalian pelit untuk berbagi ilmu kepada orang lain, karena sesungguhnya berbagi ilmu itu sungguh perbuatan yang amat mulia. Gunakanlah bahasa yang baik dan sopan, karena sesungguhnya cara bicara kalian adalah cermin bagi kepribadian kalian. Jagalah bahasa Indonesia kita agar tidak luntur di dalam masyarakat.




No comments:

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA AWAL PERMULAAN ISLAM SAMPAI DENGAN KHULAFAURRASYIDIN

                                                                                     BAB I                                            ...