Saturday, February 29, 2020

MAKALAH FILSAFAT ILMU MANUSIA DAN SAINS MODERN


                  BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk berdimensi majemuk. Karena dia berbicara tentang manusia dia tidak bisa dipisahkan dari pelbagi ilmu sosial dan kemanusiaan, yamg juga membicarakan tentang manusia dari pelbagai aspek tinjauan sesuai dengan objek formalnya. Filsafat manusia atau antropologi merupakan nama yang lebih modern dari psikologi filsafat.
Manusia didalam menjalankan hidupnya mengalami banyak sekali perkembangan mulai dari teknologi, mode pakaian, cara berbicara, perkembangan sains dan lain sebagainya. Yang dapat membuat negara ini mengalami kemajuan dengan sangat baik, dengan adanya perkembangan sains modern.
Sains modern sendiri adalah pengetahuan yang terbagi atas rasional dan empiris didalam menentukan sains modern terdapat metode – metode atau cara – cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang akan di selesaikan. Didalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu manusia dan sains modern yang sedang terjadi di dalam lingkungan masyarakat kita.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah dari Manusia ?
2.      Apa itu Manusia ?
3.      Apa yang dimaksud dengan Sains ?
4.      Bagaimana struktur sains serta objek yang digunakan ?
1.3 Tujuan
1.  Untuk memahami sejarah dari manusia
2. Agar dapat mengerti pengertian dari manusia dan sains.
3. Mengetahui struktur serta objek yang digunakan dalam sains.


BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Manusia
Kelahiran seorang bayi berarti hadirnya seorang mahluk manusia yang empat puluh minggu sebelumnya. Bayi tersebut adalah mahluk yang sangat tidak berdaya. Ketidakberdayaannya memperlihatkan ketergantungannya terhadap orang lain. Orang yang dekat dengannya adalah orang yang penting ( signifikan ) bagi perkembangannya dan mewujudkan rangsangan dari lingkungannya untuk tumbuh dan berkembang, dalam arti fisik maupun mental.
Apabila pada kala kelahirannya ada kurang lebih dua ratus miliar sel neuron yang siap memproseskan berapa triliun informasi, maka blueprint ( disposisi ) yang latent dibawa lahir, merupakan awal kehidupannya yang bermula dari suatu refleks, kemudian berkembang menjadi refleks terkontrol dan setelah itu akan menjadi organisasi mental yang luas.
Bayi yang semula tidak berdaya dan pasif akan segera menemukan sumber dan potensi kemampuannya. Ini tidak berarti bahwa keterwujudannya semata – mata ditentukan oleh pengaruh kekuatan di luar dirinya. Anak manusia menjadi aktif karena menemuka (discovery ) kemampuan, perasaan dan pikirannya, kekuatan dan keterbatasannya. Dipandang dari sudut pandang pikiran dan perasaanya, ia mempunyai kebebasan untuk berubah dan memilih. Ia juga dianugerahi kesadaran melampaui seekor hewan, untuk mengantisipasikan masa depan yang terletak jauh dari kondisi dan situasi hari ini, yaitu potensi kreatif yang sejak lahir dimilikinya. Hal yang mungkin dapat terjadi pada dirinya dan dapat diraihnnya sesuai kemampuan yang ada padanya untuk diteropong dan dijelajahinnya, merupakan anugrah alam dan anugrah Yang Maha Esa, yang disebut foresight, yang adalah a gift of nature and a gift of god. Spesi yang aman spesifik yang disebut manusia dan mungkin tidak sesempurna malaikat, ternyata menampilkan berbagai tingkat perkembangan dan memperlihatkan keajaiban alam.
Demikian Bronowski menggambarkan eksistensi seorang manusia yang proses kelahirannya terlukis sebagai bagian dari seluruh proses perkembangan dan pertumbuhan spesies di bumi ini.[1]

B.     Filsafat Manusia
Manusia merupakan makhluk berdimensi majemuk. Karena dia berbicara tentang manusia dia tidak bisa dipisahkan dari pelbagi ilmu sosial dan kemanusiaan, yamg juga membicarakan tentang manusia dari pelbagai aspek tinjauan sesuai dengan objek formalnya. Filsafat manusia atau antropologi merupakan nama yang lebih modern dari psikologi filsafat.[2]
Dalam kaitanya dengan diskusi – diskusi tentang filsafat manusia kita juga mengenal sejumlah disiplin khusus dan yang berkaitan erat dan termasuk dalam filsafat tentang ilmu – ilmu kemanusiaan seperti filsafat bahasa adalah filsafat abad 20 yang berbicara mengenai esensi dan fungsi bahasa sebagai sarana berkomunikasi. Untuk itu ia mencakupi banyak bidang dalam ruang lingkupnya, seperti ilmu tentang bahasa ( linguistik ), ilmu bahasa dalam kaitan dengan kehidupan psikis manusia ( psikolinguisik ) dan juga ilmu semantika.
Filsafat Bahasa juga meliputi analisis bahasa dan banyak berdiskusi mengenai ilmu interpretasi dan pemahaman akan teks – teks dan ini dikenal dengan nama hermeneutika. Bahasa di sini tidak hanya dibicarakan sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai tanda dan symbol dan wacana historis atau budaya yang atas cara tertentu menyampaikan suatu pesan khusus bagi manusia pengguna bahasa. Secara singkat dapat dikatakan bahwa gerakan ini memusatkan perhatiannya kepada bahasa dan upaya untuk menganalisis pernyata ( konsep, ungkapan kebahasaan, atau bentuk ,logis ). Tujuannya ialah menemukan pernyataan – pernyataan yang berbentuk logis dan ringkas dan yang terbaik, dan cocok dengan fakta atau arti yang disajikan.
Filsafat Sejarah atau sejarah interpretasi ( metasejarah ) harus dibedakan dari ilmu sejarah. Ilmu sejarah mau mengangkat peristiwa sejarah dari sumber – sumber sejarah dan menjelaskannya. Filsafat sejarah berusaha menempatkan sejarah ini dan ilmu sejarah pada suatu penelitian yang menyeluruh dan memahaminnya berdasarkan prinsip – prinsip terakhir eksistensi dan pengetahuan. Filsafat sejarah mencakup logika sejarah dan metafisika sejarah sebagai disiplin utama. Logika sejarah meneliti sejarah dasar – dasar, perkiraan – perkiraan dan metode – metode ilmu sejarah. Metafisika sejarah membuat studi tentang hakikat, sebab – sebab dan arti sejarah.
Filsasat Pendidikan adalah suatu ungkapan yang dipopulerkan oleh kaum pragmatis yang menjelaskan suatu studi tentang prinsip – prinsip mendasar dari teori pendidikan, yaitu studi empiris tentang proses pendidikan dan seni pendidikan. Pelbagi macam filsafat pendidikan sudah ada secara tersirat dalam pengembangan teori – teori pendidikan sejak zaman klasik hingga hari ini. Ini semua termasuk[3] :
a.       Humanisme
b.      Naturalisme
c.       Saintisme
d.      Nasionalisme
e.       Progresivisme
f.       Rekontruksionisme


C.    Pengetahuan Sains
Secara ringkas bahwa pengetahuan sains adalah pengetahuan rasional empiris. Masalah rasional dan empiris inilah yang dibahas berikut ini. Pertama , Masalah Rasional. Saya berjalan – jalan di beberapa kampung. Banyak hal yang menarik perhatian saya di kampung – kampung itu, satu diantara inilah orang – orang di kampung yang satu sehat – sehat, sedang dikampung yang lain banyak yang sakit. Secara pukul rata penduduk kampung yang yang satu itu lebih sehat daripada penduduk kampung yang lain tadi. Ada apa ya? Demikian pertanyaan dalam hati saya.
Kebetulan saya mengetahui bahwa berdasarka kenyataann itu saya menduga, kampung yang satu itu penduduknnya sehat – sehat karena banyak memakan telur, sedangkan penduduk kampung yang lain itu banyak yang sakit karena tidak makan telut. Berdasarkan ini saya menarik hipotesis semakin banyak makan telur akan semakin sehat. Hipotesis harus berdasarkan rasio, dengan kata lain hipotesis harus rasional. Dalam hal hipotesis yang saya ajukan itu rasionalnya ialah: untuk sehat diperlukan gizi, karena itu logis apabila semakin banyak makan telur akan semakin sehat.
Kedua, masalah empiris. Hipotesis saya itu saya uji ( kebenarannya ) mengikuti prosedur metode ilmiah. Untuk menguji hipotesis itu saya gunakan metode eksperimen dengan cara mengambil satu atau dua kampung yang disuruh makan telur secara teratur selama setahun sebagai kelompok eksperimen, dan mengambil satu atau dua kampung yang lain yang tidak boleh makan telur, juga selama setahun itu, sebagai kelompok kontrol. Cara kerja saya dalam memperoleh teori itu tadi adalah cara kerja metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah: Logico-hypothetico-verificatif ( buktikan bahwa logis, tarik hipotesis, ajukan  bukti empiris ). Harap dicatat bahwa istilah logico dalam rumus itu ialah logis dalam arti rasional.
Pada dasarnya cara kerja sain adalah kerja mencari hubungan sebab – akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sains ialah tidak ada kejadian tanpa sebab. Asumsi ini oleh Fred N. Kerlinger ( Foundation of Behavior Researrch, 1973:378 ) dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ergo propter hoc ( ini, tentu disebabkan oleh ini ). Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional.
Ilmu atau sains berisi teori. Teori itu pada dasarnya menerangkan hubungan sebab-akibat. Sains tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak sopan, indah atau tidak indah; sain hanya memberikan nilai benar atau salah. Kenyataan inilah yang menyebabkan ada orang menyangka bahwa sains itu netral. Dalam konteks seperti itu memang ya, tetapi dalam konteks lain belum tentu ya.

D.    Struktur sain
Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain kealaman dan sain sosial. Contoh berikut ini hendaknnya menjelaska struktur sains dalam bentuk nama – nama ilmu. Nama ilmu banyak sekali, berikut ditulis beberapa saja diantaranya :
1)      Sains Kealaman
·         Astronomi;
·         Fisika : mekanika, bunyi, cahaya dan optic, fisika nuklir;
·         Kimia : kimia organic, kimia teknik;
·         Ilmu Bumi : paleontology, ekologi, geofisika, geokimia, mineralogy, geografi;
·         Ilmu Hayat : biofisika, botani, zoologi;
2)      Sains Sosial
·         Sosiologi : sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan
·         Antropologi : antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologi politik;
·         Psikologi : psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal;
·         Ekonomi : ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan;
·         Politik : politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional;

Agar sekaligus tampak lengkap, berikut ditambahkan Humaniora.
3)      Humaniora
·         Seni : seni abstrak, seni grafika, seni pahat, seni tari;
·         Hukum : hukum pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat, ( mungkin dapat dimasukkan ke sains sosial);
·         Filsafat : logika, ethika, estetika;
·         Bahasa : sastra;
·         Agama : Islam, Kristen, Confusius;
·         Sejarah : sejarah Indonesia, sejarah dunia ( mungkin dapat dimasukkan ke sains sosial);
Demikian sebagian kecil dari nama ilmu ( sains ). Ditambahkan juga pengetahuan Humaniora ( yang mungkin dapat digolongkan dalam sains sosial ) dalam daftar di atas hanyalah dengan tujuan agar tampak lengkap. ( Bahan diambil dari Ensiklopedia Indonesia ).
E.     Objek Pengetahuan Sains
Objek pengetahuan sains ( yaitu objek – objek yang yang diteliti sains ) ialah semua objek yang empiris. Jujun S. Suriasumanti ( Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, 1994: 105 ) menyatakan bahwa objek kajian sains hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Objek kajian sains haruslah objek – objek yang empiris sebagai bukti – bukti yang harus ia temukan adalah bukti – bukti yang empiris. Bukti empiris diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis.
Objek – objek yang dapat diteliti oleh sains banyak sekali : alam, tetumbuhan, hewan, manusia, serta kejadian disekitar alam, tetumbuhan, manusia itu;Semua dapat diteliti oleh sains. Dari penelitian itu lah muncul teori – teori sains. Teori – teori itu berkelompok atau dikelompokkan dalam masing – masing cabang sains. Teori – teori yang telah berkelompok itulah yang disebut struktur sains, baik cabang – cabang sains maupun isi masing – masing cabang sains tersebut.  [4]

BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      sains adalah pengetahuan rasional empiris.
2.      Manusia merupakan makhluk berdimensi majemuk.
3.      Pada dasarnya cara kerja sain adalah kerja mencari hubungan sebab – akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sains ialah tidak ada kejadian tanpa sebab.
Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain kealaman dan sain sosial. Contoh berikut ini hendaknnya menjelaska struktur sains dalam bentuk nama


[1] Prof. DR. Conny Semiawan at.al, spirit inovasi dalam spirit ilmu, Permata Puri Media Jl. Topaz Raya C2 No. 16 Jakarta, hlm. 1 -2
[2] Prof. Kondrat Kebung, Ph.D., filsafat ilmu pengetahuan,Pt. Prestasi Pustakaraya Jakarta, hlm. 18
[3] Ibid, hlm 18 - 20
[4] Ibid, hlm. 23 - 28

No comments:

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA AWAL PERMULAAN ISLAM SAMPAI DENGAN KHULAFAURRASYIDIN

                                                                                     BAB I                                            ...