BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk
berdimensi majemuk. Karena dia berbicara tentang manusia dia tidak bisa
dipisahkan dari pelbagi ilmu sosial dan kemanusiaan, yamg juga membicarakan
tentang manusia dari pelbagai aspek tinjauan sesuai dengan objek formalnya.
Filsafat manusia atau antropologi merupakan nama yang lebih modern dari
psikologi filsafat.
Manusia didalam
menjalankan hidupnya mengalami banyak sekali perkembangan mulai dari teknologi,
mode pakaian, cara berbicara, perkembangan sains dan lain sebagainya. Yang dapat membuat negara ini mengalami
kemajuan dengan sangat baik, dengan adanya perkembangan sains modern.
Sains modern sendiri adalah pengetahuan yang
terbagi atas rasional dan empiris didalam menentukan sains modern terdapat
metode – metode atau cara – cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang
akan di selesaikan. Didalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu
manusia dan sains modern yang sedang terjadi di dalam lingkungan masyarakat
kita.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah dari Manusia ?
2. Apa itu
Manusia ?
3. Apa yang
dimaksud dengan Sains ?
4. Bagaimana
struktur sains serta objek yang digunakan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami sejarah dari manusia
2.
Agar dapat mengerti pengertian dari
manusia dan sains.
3.
Mengetahui struktur serta objek yang
digunakan dalam sains.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Manusia
Kelahiran seorang bayi berarti hadirnya seorang
mahluk manusia yang empat puluh minggu sebelumnya. Bayi tersebut adalah mahluk
yang sangat tidak berdaya. Ketidakberdayaannya memperlihatkan ketergantungannya
terhadap orang lain. Orang yang dekat dengannya adalah orang yang penting (
signifikan ) bagi perkembangannya dan mewujudkan rangsangan dari lingkungannya
untuk tumbuh dan berkembang, dalam arti fisik maupun mental.
Apabila pada kala kelahirannya ada kurang lebih
dua ratus miliar sel neuron yang siap memproseskan berapa triliun informasi,
maka blueprint ( disposisi ) yang latent dibawa lahir, merupakan awal
kehidupannya yang bermula dari suatu refleks, kemudian berkembang menjadi
refleks terkontrol dan setelah itu akan menjadi organisasi mental yang luas.
Bayi yang semula tidak berdaya dan pasif akan
segera menemukan sumber dan potensi kemampuannya. Ini tidak berarti bahwa
keterwujudannya semata – mata ditentukan oleh pengaruh kekuatan di luar
dirinya. Anak manusia menjadi aktif karena menemuka (discovery )
kemampuan, perasaan dan pikirannya, kekuatan dan keterbatasannya. Dipandang
dari sudut pandang pikiran dan perasaanya, ia mempunyai kebebasan untuk
berubah dan memilih. Ia juga dianugerahi kesadaran melampaui seekor
hewan, untuk mengantisipasikan masa depan yang terletak jauh dari kondisi dan
situasi hari ini, yaitu potensi kreatif yang sejak lahir dimilikinya. Hal yang
mungkin dapat terjadi pada dirinya dan dapat diraihnnya sesuai kemampuan yang
ada padanya untuk diteropong dan dijelajahinnya, merupakan anugrah alam dan
anugrah Yang Maha Esa, yang disebut foresight, yang adalah a
gift of nature and a gift of god. Spesi yang aman spesifik yang disebut
manusia dan mungkin tidak sesempurna malaikat, ternyata menampilkan berbagai
tingkat perkembangan dan memperlihatkan keajaiban alam.
Demikian Bronowski menggambarkan eksistensi
seorang manusia yang proses kelahirannya terlukis sebagai bagian dari seluruh
proses perkembangan dan pertumbuhan spesies di bumi ini.[1]
B. Filsafat
Manusia
Manusia merupakan makhluk berdimensi majemuk.
Karena dia berbicara tentang manusia dia tidak bisa dipisahkan dari pelbagi
ilmu sosial dan kemanusiaan, yamg juga membicarakan tentang manusia dari
pelbagai aspek tinjauan sesuai dengan objek formalnya. Filsafat manusia atau
antropologi merupakan nama yang lebih modern dari psikologi filsafat.[2]
Dalam kaitanya dengan diskusi – diskusi tentang
filsafat manusia kita juga mengenal sejumlah disiplin khusus dan yang berkaitan
erat dan termasuk dalam filsafat tentang ilmu – ilmu kemanusiaan seperti
filsafat bahasa adalah filsafat abad 20 yang berbicara mengenai esensi dan
fungsi bahasa sebagai sarana berkomunikasi. Untuk itu ia mencakupi banyak
bidang dalam ruang lingkupnya, seperti ilmu tentang bahasa ( linguistik ),
ilmu bahasa dalam kaitan dengan kehidupan psikis manusia ( psikolinguisik )
dan juga ilmu semantika.
Filsafat Bahasa juga meliputi analisis bahasa dan banyak
berdiskusi mengenai ilmu interpretasi dan pemahaman akan teks – teks dan ini
dikenal dengan nama hermeneutika. Bahasa di sini tidak hanya dibicarakan
sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai tanda dan symbol dan wacana
historis atau budaya yang atas cara tertentu menyampaikan suatu pesan khusus
bagi manusia pengguna bahasa. Secara singkat dapat dikatakan bahwa gerakan ini memusatkan
perhatiannya kepada bahasa dan upaya untuk menganalisis pernyata ( konsep,
ungkapan kebahasaan, atau bentuk ,logis ). Tujuannya ialah menemukan pernyataan
– pernyataan yang berbentuk logis dan ringkas dan yang terbaik, dan cocok
dengan fakta atau arti yang disajikan.
Filsafat Sejarah atau sejarah interpretasi ( metasejarah
) harus dibedakan dari ilmu sejarah. Ilmu sejarah mau mengangkat peristiwa
sejarah dari sumber – sumber sejarah dan menjelaskannya. Filsafat sejarah
berusaha menempatkan sejarah ini dan ilmu sejarah pada suatu penelitian yang menyeluruh
dan memahaminnya berdasarkan prinsip – prinsip terakhir eksistensi dan
pengetahuan. Filsafat sejarah mencakup logika sejarah dan metafisika sejarah
sebagai disiplin utama. Logika sejarah meneliti sejarah dasar – dasar,
perkiraan – perkiraan dan metode – metode ilmu sejarah. Metafisika sejarah
membuat studi tentang hakikat, sebab – sebab dan arti sejarah.
Filsasat Pendidikan adalah suatu ungkapan yang dipopulerkan oleh
kaum pragmatis yang menjelaskan suatu studi tentang prinsip – prinsip mendasar
dari teori pendidikan, yaitu studi empiris tentang proses pendidikan dan seni
pendidikan. Pelbagi macam filsafat pendidikan sudah ada secara tersirat dalam
pengembangan teori – teori pendidikan sejak zaman klasik hingga hari ini. Ini
semua termasuk[3]
:
a. Humanisme
b. Naturalisme
c. Saintisme
d. Nasionalisme
e. Progresivisme
f. Rekontruksionisme
C. Pengetahuan
Sains
Secara ringkas bahwa pengetahuan sains adalah
pengetahuan rasional empiris. Masalah rasional dan empiris inilah yang dibahas
berikut ini. Pertama , Masalah Rasional. Saya berjalan – jalan di
beberapa kampung. Banyak hal yang menarik perhatian saya di kampung – kampung
itu, satu diantara inilah orang – orang di kampung yang satu sehat – sehat,
sedang dikampung yang lain banyak yang sakit. Secara pukul rata penduduk
kampung yang yang satu itu lebih sehat daripada penduduk kampung yang lain
tadi. Ada apa ya? Demikian pertanyaan dalam hati saya.
Kebetulan saya mengetahui bahwa berdasarka
kenyataann itu saya menduga, kampung yang satu itu penduduknnya sehat – sehat
karena banyak memakan telur, sedangkan penduduk kampung yang lain itu banyak
yang sakit karena tidak makan telut. Berdasarkan ini saya menarik hipotesis
semakin banyak makan telur akan semakin sehat. Hipotesis harus berdasarkan
rasio, dengan kata lain hipotesis harus rasional. Dalam hal hipotesis yang saya
ajukan itu rasionalnya ialah: untuk sehat diperlukan gizi, karena itu logis
apabila semakin banyak makan telur akan semakin sehat.
Kedua,
masalah empiris. Hipotesis saya itu saya uji ( kebenarannya ) mengikuti
prosedur metode ilmiah. Untuk menguji hipotesis itu saya gunakan metode
eksperimen dengan cara mengambil satu atau dua kampung yang disuruh makan telur
secara teratur selama setahun sebagai kelompok eksperimen, dan mengambil satu
atau dua kampung yang lain yang tidak boleh makan telur, juga selama setahun
itu, sebagai kelompok kontrol. Cara kerja saya dalam memperoleh teori itu tadi
adalah cara kerja metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah: Logico-hypothetico-verificatif
( buktikan bahwa logis, tarik hipotesis, ajukan bukti empiris ). Harap dicatat bahwa istilah logico
dalam rumus itu ialah logis dalam arti rasional.
Pada dasarnya cara kerja sain adalah kerja
mencari hubungan sebab – akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang
lain. Asumsi dasar sains ialah tidak ada kejadian tanpa sebab. Asumsi ini oleh
Fred N. Kerlinger ( Foundation of Behavior Researrch, 1973:378 )
dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ergo propter hoc ( ini, tentu
disebabkan oleh ini ). Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan
rasional.
Ilmu atau sains berisi teori. Teori itu pada
dasarnya menerangkan hubungan sebab-akibat. Sains tidak memberikan nilai baik
atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak sopan, indah atau tidak indah;
sain hanya memberikan nilai benar atau salah. Kenyataan inilah yang menyebabkan
ada orang menyangka bahwa sains itu netral. Dalam konteks seperti itu memang
ya, tetapi dalam konteks lain belum tentu ya.
D. Struktur
sain
Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain
kealaman dan sain sosial. Contoh berikut ini hendaknnya menjelaska struktur
sains dalam bentuk nama – nama ilmu. Nama ilmu banyak sekali, berikut ditulis
beberapa saja diantaranya :
1) Sains
Kealaman
·
Astronomi;
·
Fisika : mekanika, bunyi, cahaya dan optic, fisika
nuklir;
·
Kimia : kimia organic, kimia teknik;
·
Ilmu
Bumi :
paleontology, ekologi, geofisika, geokimia, mineralogy, geografi;
·
Ilmu
Hayat :
biofisika, botani, zoologi;
2) Sains
Sosial
·
Sosiologi :
sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan
·
Antropologi : antropologi budaya, antropologi ekonomi,
antropologi politik;
·
Psikologi : psikologi pendidikan, psikologi anak,
psikologi abnormal;
·
Ekonomi :
ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan;
·
Politik :
politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional;
Agar
sekaligus tampak lengkap, berikut ditambahkan Humaniora.
3) Humaniora
·
Seni : seni
abstrak, seni grafika, seni pahat, seni tari;
·
Hukum : hukum
pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat, ( mungkin dapat dimasukkan ke
sains sosial);
·
Filsafat :
logika, ethika, estetika;
·
Bahasa :
sastra;
·
Agama : Islam,
Kristen, Confusius;
·
Sejarah :
sejarah Indonesia, sejarah dunia ( mungkin dapat dimasukkan ke sains sosial);
Demikian
sebagian kecil dari nama ilmu ( sains ). Ditambahkan juga pengetahuan Humaniora
( yang mungkin dapat digolongkan dalam sains sosial ) dalam daftar di atas
hanyalah dengan tujuan agar tampak lengkap. ( Bahan diambil dari Ensiklopedia
Indonesia ).
E. Objek
Pengetahuan Sains
Objek pengetahuan sains ( yaitu objek – objek
yang yang diteliti sains ) ialah semua objek yang empiris. Jujun S.
Suriasumanti ( Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, 1994: 105 )
menyatakan bahwa objek kajian sains hanyalah objek yang berada dalam ruang
lingkup pengalaman manusia. Objek kajian sains haruslah objek – objek yang
empiris sebagai bukti – bukti yang harus ia temukan adalah bukti – bukti yang
empiris. Bukti empiris diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan
dalam hipotesis.
Objek – objek yang dapat diteliti oleh sains
banyak sekali : alam, tetumbuhan, hewan, manusia, serta kejadian disekitar
alam, tetumbuhan, manusia itu;Semua dapat diteliti oleh sains. Dari penelitian
itu lah muncul teori – teori sains. Teori – teori itu berkelompok atau
dikelompokkan dalam masing – masing cabang sains. Teori – teori yang telah
berkelompok itulah yang disebut struktur sains, baik cabang – cabang sains
maupun isi masing – masing cabang sains tersebut. [4]
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. sains
adalah pengetahuan rasional empiris.
2. Manusia
merupakan makhluk berdimensi majemuk.
3. Pada
dasarnya cara kerja sain adalah kerja mencari hubungan sebab – akibat atau
mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sains ialah tidak ada
kejadian tanpa sebab.
Dalam
garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain kealaman dan sain sosial. Contoh
berikut ini hendaknnya menjelaska struktur sains dalam bentuk nama
[1]
Prof. DR. Conny Semiawan at.al, spirit inovasi dalam spirit ilmu,
Permata Puri Media Jl. Topaz Raya C2 No. 16 Jakarta, hlm. 1 -2
[2]
Prof. Kondrat Kebung, Ph.D., filsafat ilmu pengetahuan,Pt. Prestasi
Pustakaraya Jakarta, hlm. 18
[3]
Ibid, hlm 18 - 20
[4]
Ibid, hlm. 23 - 28
No comments:
Post a Comment