BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah berjalan dengan demikian cepat. Sementara
itu, pemahaman yang terkait dengan pengembangan teknologi yang mendasarkan pada
keimanan berjalan lebih lambat. Para ilmuwan berargumentasi bahwa semua
penelitian dilakukan dengan langkah yang dapat dipertanggungjawabkan, sebaliknya
para agamawan lebih sibuk membicarakan persoalan akhirat dan pesan-pesan moral,
tidak heran jika selalu terjadi benturan antara ilmu pengetahuan dan agama. Kaum
agamawan memerlukan etika dalam arti, memakai akal budi dan daya pikirnya untuk
memecahkan masalah bagaimana harus hidup kalau ia mau menjadi baik, jangan
sampai akal budi dikesampingkan dari agama. Oleh karena itu kaum agamawan yang
diharakan betul-betul memakai rasio dan memahami ilmu pengetahuan serta
kemajuan teknologi. Pada sisi lainnya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tidaklah dapat menjawab semua hal. Oleh karenanya diperlukan kearifan dan
kerendahan hati untuk dapat memahami dan melakukan interpretasi maupun
implementasi teknologi dan ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa
ilmu pengetahuan buta. Sains dan agama berbeda, karena mungkin mereka berbeda
paradigma, pengklasifikasian secara jelas antara sains dan agama menjadi suatu
trend tersendiri di masyarakat zaman renaisan dan trend ini menjadi dasar yang
kuat hingga pada perkembangan selanjutnya. Akibatnya, agama dan sains berjalan
sendiri-sendiri dan tidak beriringan, maka tak heran kalau kemudian terjadi
pertempuran di antara keduanya. Sains menuduh agama ketinggalan zaman, dan
agama balik menyerang dengan mengatakan bahwa sains sebagai musuh Tuhan.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan agama dan sains ?
b. Bagaimana pandangan hubungan antara agama dan
sains ?
c. Bagaimana hubungan agama dan sains ?
d. Bagaimana tujuan dan dampak antara agama dan sains
?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui maksud dan pengertian
agama
b. Untuk mengetahui maksud dan pengertian
sains
c. Untuk mengetahui pandangan hubungan
antara agama dan sains
d. Untuk mengetahui dampak serta tujuan
antara agama dan sains
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendahuluan
1.
Pengertian
Agama dan Sains
Sains adalah
pengetahuan dari segala alam yang diperoleh melalui proses. Kata sains
sendiri bersal dari bahasa inggris yaitu “science” yang berarti pengetahuan
ilmiah. Sains sendiri dalam konsep islam adalah eksplorasi alam semesta untuk
menghasilkan penemuan ilmiah dan teknologi yang berguna dalam masyarak yang merupakan
produk eksperimen yang bersifat empiris. Dalam hal ini dapat dilakukan suatu
penelitian baik terhadap benda mati maupun benda hidup. Banyak pandangan yang
mengatakan bahwa sains itu bertolak belakang dimana sains tersebut mengakibatkan
penolakan suatu eksistensi mengenai Tuhan serta juga dapat melahirkan sautu
buadaya yang bersifat material (duniawi). Menurut Davies, beliau beranggapan
bahwa sains adalah suatu kebenaran
sehingga mudah diterima oleh suatu masyarakat. Dalam perkembangan sejarahnya,
sains sering di pandang sebagai
satu-satunya bentuk pengetahuan yang objektif yang objektif karena dapat
dibuktikan kebenarannya oleh banyak orang. Karakteristiknya yang sekuler ini
mengakibatkan terjadinya suatu benturan dengan niali-nilai agama. Sehingga para
saintis berpendapat bahwa agama lahir berdasarkan keyakinan terhadap unsur yang
menyertainya dan sedangkan sains berdasarkan fakta-fakta yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Banyak pemikiran yang
berkeyakianan bahwa agama tidak dapat di samakan dengan sains. Namun, saat ini
sains mengalami revolusi yang menakjubkan dan
menjadi salah satu solusi bagi segala permasalahan. Albert Estein
merupakan pelopor dan sekaligus yang menjadi
tonggak awal dalam revolusi sains.[1]
2.
Hubungan
Agama dan Sains
Dalam agama dan sains ada beberapa yang menjadi
alasan antara hubungan agama dan sains antara lain sebagai berikut :
1.
Konflik
Pandangan ini menjelaskan bahwa agama dan sains sling
bertentangan sehingga orang harus memilih salah satu diantara keduanya. Dalam
paradigma konflik, barbour menjelaskan bahwa seorang ilmuan tidak serta merta
percaya akan kebenaran sains saja. Sedangkan, di sisi lain agama dinilai tidak
mampu menjelaskan dan membuktikan secara empiris dan rasional. Dengan demikian,
kalangan saintis beranggapan bahwa kebenaran hanya bisa di peroleh melalui
sains saja dan tidak dengan agama. Sebaliknya, para agamawan beranggapan bahwa
sains tidak mempunyai otoritas untuk menjelaskan semua hal tersebut karena
keterbatasan rasio yang dimiliki oleh manusia. Dalam hubungan sains dan agama
baru dapat terjadi konflik apabila teori sains bertentangan dengan dogma agama.
2.
Independensi
Pandangan ini
menjelaskan bahwa agama dan sains memilki wilayah, metode, dan standar
kebenaran masing-masing. Indenpedensi ini merpakan salah satu cara untuk memisahkan konflik sains dan agama.
Menurut Barbour dalam bukunya menyatakan bahwa perbedaan mendasar anatar agama
dan sains adalah sebagai berikut :
a)
Sains
menjelaskan data objektif dan berulang-ulang. Sedangkan agama menjelaskan
tentang eksistensi tatanan dan keindahan dunia.
b)
Sains
mengajukan pertanyaan “bagaimana” sedangkan agama menyodorkan pertanyaan
“mengapa”.
c)
Dasar
otoritas sains adalah koherensi yang logis dan kesesuaian eksperimental
sedangkan agama bersal dari Tuhan.
d)
Sains
bersifat prediktif dan kuantitatif, sedangkan agama cenderung menggunkan
simbolis dan analogis karena sifat transenden yang melekat pada diri Tuhan.
3.
Dialog
Pandangan ini
menerangkan bahwa anatar agama dan sains terdapat kesamaan yang dapat
dianalogikan. Dialog yang dilakukan dalam membandingkan agama dan sains adalah
dengan menekankan kemiripan dalam prediksi metode dan konsep. Salah satu bentuk
dialognya adalah dengan dengan membandingkan metode agama dan sains yang dapat
menujukkan persamaan dan perbedaan.
4.
Integrasi
Pandangan ini
menerangkan bahwa sains dan doktrin-doktrin keagamaan sama-sama dianggap valid
dan menjadi sumber yang koheren dalam pandangan dunia. Hal ini memliki dampak
pada bertambahnya wawasan yang lebih aktif. Menurut barbour, upaya integrasi
antara agama dan sains terdapat tiga versi yakni natural theology, theology of
nature, dan systematic synthesis.Dalam natural theology, eksistensi tuhan bisa
dimanifestasikan dari desain alam yang sedemikian rupa menjadi kesadaran akan
eksistensi Tuhan. Dalam theology of nature, dimana doktrin agqama direformulasi
untuk dimasukkan dalam pemahaman ilmiah yang sudah mapan. Versi ini juga meyakini adanya beberapa doktrin
tradisional agama yang bertentangan dengan temuan ilmiah dengan peradaban teori
yang ada saat ini. Meskipun begitu, teori ini tidak hanya mengambil rumusan
ilmiah secara asal namun juga merumuskan doktrinnya yang sekiranya sesuai dengan temuan dunia ilmiah pada masa
mendatang. Dalam systematic synthesis, dimana integrasi bisa dilakukan jika
sains dan agama memberikan suatu kontribusi ke pandangan dunia yang lebih
koheren yang dieloborasi dalam kerangka metafisika yang komprehensif.[2]
3.
Hubungan
Agama dan Sains
Apabila dilihat dari sudut pandang agama ada 4 hal :
1.
Agama dapat
mengingatkan bahwa ilmu bukanlah satu-satunya jalan menuju kebenaran.
2.
Agama dapat mengingatkan ilmu untuk senantiasa membela nilai
kehidupan dan kemanusiaan bahkan diatas kemajemukan pengetahuan itu sendiri.
3.
Agama dapat membantu ilmu mempedalam penjelajahan di wilayah supranatural.
4.
Agamabisa menjaga sikap mental manusia agar tidak mudah terjerumus
kedalam mental yang praktis sehingga mempunyai nilai dan dapat dimanfaatkan.[3]
4.
Dampak Agama
dan Sains
Dampak Positif :
1. Agar dapat membatu ilmu itu tetap manusiawi.
2. Membantu agama agar sesuai dengan ajaran yang
sudah ditetapkan sejak awal.
Dampak Negatif :
1. Apabila ilmu tersebut tidak didasari dengan adanya
agama maka ilmu tersebut akan liar.
2. Hasil-hasil ilmu pengetahuan tersebut juga bisa
bertentangan. Dalam artian disatu pihak mampu mewujudkan keinginan manusia
namun di pihak lain mampu mengakibatkan persoalan yang sangat serius.
5.
Tujuan adanya
sains dan agama adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan spiritual individu dan
masyarakat.
b. Mampu menyediakan kebutuhan dasar individu dan
masyrakat.
c. Tidak menganggu unsur khas masyarakat islam.
d. Mampu mengamankan masyarkat terhadap terhadap
kekuatan jahat dan agresi asing.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari materi diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara agama dan sains itu ada yang bersifat
harmonis dan tidak harmonis. Jika dilihat dari harmonis menjelaskan bahwa ilmu
dapat membantu agama agar sesuai dengan ajaran yang di tetapkan sejak awal.
Apabila dilihat dari ketidakharmonisannya ilmu tanpa didasari dengan agama akan
menjadi liar karena sifat manusia yang tidak pernah puas.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
yang perlu perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang
penulis miliki. Sehinggakami akan memperbaiki dan mencari sumber inforemasi
yang banyak dan akurat. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke
depannya.
No comments:
Post a Comment