Wednesday, March 18, 2020

MAKALAH KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
A.               Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat istimewa, karena manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya. Manusia diberi akal dan pikiran untuk bertindak sesuai dengan etika dan nilai - nilai moral yang berlaku sesuai dengan kehendaknya, lingkungan, dan ajaran agama yang dianutnya. Nilai - nilai dan norma - norma yang memberikan arah dan makna bagi manusia dalam bertindak ialah agama.
Manusia memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai agama yang paling baik, tidak pernah membeda - bedakan golongan. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal - hal yang diridhoi-Nya. Agama islam sangat mentoleransi kepada agama - agama lain.
Dalam kehidupan sehari - hari, agama islam berpengaruh besar terhadap perkembangan diri kita untuk menjadi insan yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Banyak sekali peran serta fungsi agama islam dalam membentuk akhlak seseorang. Salah satu contohnya agama islam berperan sebagai pedoman umatnya.
Semakin dia dekat dengan Allah semakin baik akhlak yang tertanam dalam dirinya dan sebaliknya. Oleh karena itu, agama islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan di dalam kehidupan.[1]

B.               Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini :
1.      Apakah pengertian agama islam secara umum?
2.      Bagaimana karakteristik ajaran islam?
3.      Apa peran dan fungsi agama islam dalam kehidupan?
4.      Implementasi agama islam dalam kehidupan sehari-hari?

C.               Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan pengertian agama islam secara umum
2.      Menjelaskan karakteristik ajaran islam
3.      Menjelaskan peran dan fungsi agama islam dalam kehidupan
4.      Menjelaskan tata cara penerapan agama islam dalam kehidupan sehari – hari

D.               Manfaat
Sebagai landasan untuk bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.












BAB II
PEMBAHASAN
A.               Pengertian Agama Islam Secara Umum
Islam adalah agama samawi yang diturunkan dan di syariatkan oleh Allah SWT, kepada nabi Muhammad SAW sebagai rasul utusan Allah dan Allah menjadikan Islam sebagai agama yang Rahmatal lil ‘aalamiin (Rahmat bagi seluruh alam). “Sesungguhnya Agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam”. (Q.s. Ali-Imran: 19)
Agama Islam adalah agama Allah, dari Allah dan milik Allah. Diamanatkan kepada umat pengikut utusan Allah. Jadi, sejak jaman Nabi Adam, Musa, dan Isa agama Allah adalah Islam, meskipun sekarang agama Yahudi diklaim sebagai agama yang dibawa oleh Musa begitu juga dengan ajaran Kristen, diklaim sebagai ajaran yang dibawa oleh Isa. Padahal sebenarnya ajaran yang dibawa oleh Musa dan Isa untuk masalah akidah adalah sama, sama-sama mengesakan Allah, hanya berbeda dalam hal syara’ yang lain. Jadi, makna Islam dapat dipersempit lagi sebagai agama yang diamanatkan kepada umat pengikut Rasulullah, Muhammad SAW.[2]

B.               Karakteristik Ajaran Islam
1.     Karakteristik Umum
a.)    Islam sebagai agama prophetic, revealed religion, mission religion, agama wahyu, agama samawi, merupakan kontinuitas, penyempurnaan, dan penutup risalah para Nabi.
b.)    Islam sebagai sebuah din dan tamaddun sekaligus, bersifat eternal, universal, mencakup semua sendi kehidupan manusia baik dimensi vertikal maupun horizontal.[3]
c.)    Islam adalah agama yang mengakui adanya pluralitas, keanekaragaman keyakinan, kepercayaan, agama, manusia. Sehingga Islam mengakui eksistensi agama lain. Akan tetapi, islam menolak paham pluralisme yang menganggap bahwa di dalam pluralitas agama terdapat hakikat yang sama, yakni sama-sama pasrah, patuh, dan tunduk sepenuhnya kepada Tuhan. Pluralisme adalah paham yang mengajarkan adanya kesadaran akan satu Tuhan, banyak jalan. Untuk menuju pada Tuhan yang satu, terdapat berbagai jalan. Islam melihat bahwa pasrah dan tunduk kepada Tuhan harus melalui cara yang ditentukan oleh Allah, yang dalam hal ini telah terangkum dalam din al-islam. Segala bentuk kepatuhan kepada Tuhan, yang tidak sesuai dengan cara-cara dalam islam merupakan sebuah jalan yang sesat.
d.)   Islam merupakan agama yang terbuka, bisa dikaji dari berbagai keilmuan. Sehingga bagi umat Islam Al-Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran islam, merupakan sebuah Grand theory, dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
2.     Karakteristik Khusus
a.)    Bidang  Akidah
1.      Akidah islam adalah aqidah tauqifiyyah, artinya adalah akidah islam dijealskan secara terperinci. Mana perbuatan-perbuatan yang masuk dalam kategori tauhid dan syirik disebutkan secara jelas, tanpa ada  sedikit pun yang tercecer. Hal ini disebabkan bahwa akidah merupakan bagian yang terpenting dalam ajaran islam.
2.      Akidah islam adalah aqidah ghaibiyyah, artinya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya yang gaib, Allah, Malaikat, dan hari Akhir. Walaupun demikian, bukan berarti bahwa ajaran islam tidak bisa dicerna oleh akal dan pancaindra.
3.      Akidah islam adalah aqidah syumuliyyah, artinya di dalam ajarannya terdapat integritas antara dimensi substansi dan aplikasi, teori dan praktik, ilmu, iman, dan amal. Di samping itu, akidah islam memiliki persepsi yang integral tentang masalah-masalah kemanusiaan universal, seperti Tuhan, manusia, dan alam.

b.)    Bidang Ibadah dan Muamalah
Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibn Taymiyah mengartikan ibadah sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta (Al-hubb). Seseorang belum dikatakan beribadah kepada Allah kecuali bila ia mencintai Allah lebih dari cintanya kepada apapun dan siapapun juga. Ketaatan tanpa unsur cinta maka tidak bisa diartikan sebagai ibadah dalam arti yang sebenarnya.  Dari sini pula dapat dikatakan bahwa akhir dari perasaan cinta yang sangat tinggi adalah penghambaan diri sedangkan awalnya adalah ketergantungan.[4]
1.      Islam tidak mengenal konsep dikotomis tentang ibadah. Ibadah dalam islam meliputi semua segi kehidupan manusia, yang dibagi menjadi dua, yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.[5] Islam memandang ibadah merupakan konsepsi Tauhid, sehingga ibadah harus merupakan realisasi dari keTauhidan seseorang. Selain itu di dalam islam bersifat humanisme geosentris, artinya semua bentuk ibadah hanya ditunjukkan kepada Allah, tetapi manfaat atau hikmahnya untuk manusia sendiri.
2.      Islam di dalam kehidupan yang dijalankan harus seimbang, antara urusan dunia dan akhirat. kita menjalankan kehidupan di dunia ini untuk menggapai kehidupan akhirat yang kekal abadi.
c.)     Bidang Ilmu dan Kebudayaan
1.      Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk bersikap terbuka atau tertutup. Islam merupakan sebuah paradigma terbuka, menjadi mata rantai terpenting dalam peradaban dunia.[6]
2.      Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, dan sebagainya. (5 ayat pertama surah Al-Alaq)
Demikian pentingnya ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah.
d.)   Islam Sebagai Disiplin Ilmu
1.      Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu keIslaman. Menurut peraturan Menteri Agama RI tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah Al-Qur’an/Tafsir, Hadist/Ilmu Hadist, Ilmu Kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam (Fiqih), Sejarah dan Kebudayaan Islam, serta Pendidikan islam.
2.      Islam agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja keras yang bermutu, demokratis, adil, seimbang antara hubungan dunia dan akhirat. Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman dengan berbagai cabangnya.

C.               Peran dan Fungsi Agama Islam Dalam Kehidupan
Bagi kehidupan manusia, Agama Islam merupakan rahmat Allah SWT. Ia diturunkan kepada manusia sebagai pedoman dasar bagi pengelolaan positif seluruh potensi alam raya. Rahmat dimaksud berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ : 107, “ Dan sekali-kali tidak aku utus Engkau (Muhammad/Islam) melainkan sebagai seluruh rahmat bagi seluruh alam”.
Ayat Al-Qur’an tersebut menunjukkan bahwa ajaran agama islam bukan hanya merupakan rahmat dan kasih sayang bagi orang islam melainkan juga merupakan rahmat dan kasih sayang kepada non-islam, bahkan seluruh makhluk dan seisi alam ini. Karena itu, mewujudkan kasih sayang dalam perilaku hidup setiap muslim tidak dibatasi oleh dinding agama dan keyakinan, bahkan perwujudan kasih sayang dimaksud hendaknya sampai juga seluruh alam hewani, nabati, jamadi. Sebagai contoh dapat disebut misalnya perlakuan manusia kepada binatang. Seorang muslim dilarang oleh Allah mengambil bagian daging binatang yang masih hidup, karena perbuatan itu akan menyiksa atau menyakiti binatang. Selain contoh tersebut, dalam penyembelihan binatang diperintahkan oleh Allah kepada manusia agar melakukan penyembelihan binatang melalui pisau yang tajam, cepat, dan didahului dengan menyebut nama Allah SWT.
Selain contoh perlakuan kepada binatang tersebut, akan dikemukakan contoh perlakuan terhadap sesama manusia, yaitu islam mengenal ajaran bahwa seluruh umat manusia adalah keluarga besar yang sama sebagai hamba Allah dan diberi tugas yang sama pula yaitu beribadah (Mengabdi) kepada Allah.
Pada saat nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya berkumpul, tiba-tiba ada mayat yahudi yang dibawa lewat di hadapan Rasulullah dan para sahabatnya, maka Rasul beserta sahabatnya serentak berdiri. Di antara sahabat yang berdiri tersebut, ada yang berkata kepada nabi Muhammad SAW bahwa mayat yang lewat itu adalah mayat orang yahudi, tapi Rasulullah tetap berdiri dan bersabda, bahwa mereka pun adalah manusia juga yang berhak mendapat penghormatan.[7]
·         Fungsi Agama Islam adalah sebagai berikut :[8]
a.       Sebagai pembimbing dalam hidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala unsur pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akan mampu menghadapi dengan tenang.

b.      Penentram Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran Allah tak peduli orang itu kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup.
Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang didalamnya terdapat hak orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh yang maha berkehendak, tidak mungkin gelisah.
Begitu juga dengan orang yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya melainkan keimanan dan ketakwaannya.

c.       Penolong Dalam Kesukaran
    Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang.
Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.

d.      Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk meminta dihormati.
Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta dihormati kepada anak.
Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain (hablum minannas/hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Dan masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan tatanan perilaku moral yang baik.

D.               Implementasi Agama Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan ini sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk hidup secara islami, dimana segala hal dalam kehidupan harus dijalankan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Di sini setiap muslim harus berusaha mewujudkannya dengan cara meniatkan segala hal yang dilakukannya adalah bagian dari ibadah.
Syari’at Islam mengatur seluruh pola perilaku manusia dalam segala aspek kehidupannya, baik aqidah, ibadah, syari’ah (dalam arti khusus), muamalah maupun siyasah. Syari’at Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin). Untuk itu harus diterapkan, agar rahmat tersebut dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia dan alam sekitarnya.
Islam adalah jalan hidup (way of life) yang dihadirkan untuk umat manusia. Keislaman seseorang tidaklah cukup hanya dalam ucapan syahadah saja, atau lebih luas dengan apa yang disebut sebagai rukun Islam. Islam harus diterima secara kaffah atau totalitas (QS 2:208, Al Baqarah) -termasuk dalam menerapkan syari’atnya-, tidak menerima sebagian ajaran Islam dan menolak sebagian yang lain karena tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT.[9]
Dengan ini kita semua mengerti bahwa islam mencakup keseluruhan termasuk dalam kehidupan sehari-hari segala perbuatan kita harus bersandar pada hukum-hukum islam, baik itu dari hubungan kita dengan Allah (Habluminallah), dengan diri sendiri , maupun orang lain (Habluminannas).
Tolok ukur implementasi berbagai hubungan manusia dalam kehidupannya sehari-hari sehingga dapat disebut berakhlak mulia. Hal itu, akan diuraikan sebagai berikut :[10]
1.      Perilaku Manusia yang Berhubungan dengan Allah Swt (HabluminAllah)
Allah Swt menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dan mulia. Kesempurnaan dan kemuliaan itu melekat seperangkat norma-norma hukum yang wajib dipatuhi oleh manusia, baik norma hukum yang berbentuk perintah maupun norma hukum yang berbentuk larangan. Norma hukum dimaksud itu adalah perintah dan larangan yang diperuntukkan kepada manusia. Sebagai contoh dapat disebut misalnya shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat itu adalah salah satu perintah dalam bentuk kewajiban yang berlaku kepada manusia. Pelaksanaan kewajiban itu bertujuan mencegah manusia berperilaku atau berbuat keji dan mungkar. Hal itu, berarti mewujudkan manusia yang berperilaku atau berakhlak mulia. Perilaku manusia yang demikian mencerminkan hubungan makhluk dengan pencipta  (Allah Swt).
            Perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah adalah ucapan dan perbuatan manusia. Karena itu, akhlak manusia yang baik kepada Allah adalah manusia yang mengucapkan dan bertingkah laku terpuji kepada Allah swt, baik ucapan melalui ibadah langsung kepada Allah seperti Shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, maupun melalui perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan manusia dengan Allah di luar ibadah tersebut. Perilaku manusia dimaksud adalah dengan bersyukur, istighfar, bertasbih.

2.      Perilaku Manusia yang Berhubungan Sesamanya (Habluminannas)
Perilaku Manusia yang berhubungan dengan sesamanya terdiri atas : (1) perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, (2) Perilaku yang berhubungan dengan keluarga, dan (3) Perilaku yang berhubungan dengan masyarakat. Ketiga bentuk perilaku dimaksud, akan diungkapkan sebagai berikut[11] :
1)      Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri
Terdiri atas : a. Sabar (Q.s. al-Baqarah/2: 153), b. Syukur (Q.s. an-Nahal/4: 14), c. Tawadhu’ (Q.s. Lukman/31: 18), d. Benar (Q.s. St-Taubah/9:19), e. Iffah/menahan diri untuk tidak melakukan yang terlarang, f. Menahan diri untuk tidak marah, g. Amanah atau jujur, h. Berani karena benar, i. Qana’ah atau merasa cukup apa yang sudah ada.
Perilaku manusia yang berhubungan dengan individu manusia adalah seperangkat norma hukum yang dibuat oleh Allah Swt (Pencipta) yang diperuntukkan kepada makhluk manusia (ciptaan).
2)      Perilaku yang berhubungan dengan keluarga
Meliputi : a. Berbuat baik kepada orangtua (Q.s.an-Nisa/4: 36), b. Adil terhadap saudara (Q.s.an-Nahl/16: 90), c. Membina dan mendidik keluarga (Q.s. at-Tahrim/66: 6 dan saf-Su’araa/26 : 214), d. Memelihara keturunan (Q.s. an-Nahl/16: 58-59)
3)      Perilaku yang berhubungan dengan masyarakat
Yaitu : a. Ukhuwwah/Persaudaraan (Q.s.al-Hujurat/49: 10), b. Ta’awun/tolong-menolong (Q.s. al-Maidah/5: 2), c. Adil (Q.s. an-Nisa/4: 58), d. Pemurah (Q.s. Ali-Imran/3: 92), e. Penyantun (Q.s. Ali-Imran/3: 133-134), f. Pemaaf (Q.s. Ali-Imran/3: 159, g. Menepati janji (Q.s. al-Israa’/17: 34), h. Musyawarah (Q.s. Ali-Imran/3: 159) dan Asy-Syuura/42: 38), i. Berwasiat di dalam kebenaran (Q.s. al-‘Ashar/103: 1-3).
  
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk mencapai kebahagiaan dunia maupun akhiratnya.
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa berbudi pekerti dengan adab yang sempurna, baik dengan Allah maupun lingkungan masyarakat. Semua agama sudah sangat sempurna dikarenakan dapat menuntun umatnya bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan. Keburukan cara bersikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarenakan ketidakpahaman tujuan daripada agamanya. Memburukkan serta membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama.
          Implementasi atau Penerapan islam dalam kehidupan sehari-hari merupakan penerapan yang kaffah (menyeluruh), disini apapun yang dilakukan seorang muslim hendaknya dilandaskan ibadah atau niat semata-mata karena Allah SWT, karena pada dasarnya hukum-hukum islam telah mencakup semuanya di dalam kehidupan, apalagi kehidupan individu dan masyarakat yang sangat kecil orientasinya, bahkan urusan yang lebih besar seperti pemerintahan pun telah diatur di dalam islam. Maka dari itu, peran dan fungsi agama Islam sangatlah berpengaruh dalam sendi kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
B.   Saran
      Umat islam hendaknya lebih mengenal islam dengan sebenar-benarnya, tidak memandang ibadah dalam islam hanya sebagai cultural seperti shalat dan puasa saja, tapi berusaha meniatkan segala kegiatannya di dunia ini sebagai ibadah hingga ia mampu berlaku baik. Jangan biarkan perbuatan tercela mendarah daging dalam tubuh kita. Oleh karena itu, kita sebagai umat islam harus berpegang teguh terhadap al-Qur’an dan hadist yang merupakan pedoman umat islam.
DAFTAR PUSTAKA

Abdain. “Fungsi Agama bagi kehidupan.”
http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/ (diakses tanggal 30 Agustus 2017)
Hakim, Rosniati. 2003. Pengantar Studi Islam. Padang: Suluh.
Harun, Nasution. 1985.  Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta:
Universitas Islam-Press.
Hasan, Dony Burhan Noor dkk. 2013. Pendidikan Agama Islam. Surabaya:
Pustaka Radja.
Jamaludin, Syakir. 2009. Shalat Sesuai Tuntunan Nabi Saw. Yogyakarta: LPPI
UMY.
Rahman, Muzibur.  “Penerapan Islam dalam kehidupan sehari-hari. ”
Supadie, Didiek Achmad dkk. 2015. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Rajawali
Pers.



[1] Abdain, “Fungsi Agama bagi kehidupan”, diakses dari http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/, pada tanggal 30 Agustus 2017 pukul 09.18.
[2] Nasution Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Islam-Press, 1985), hlm. 9.
[3] Didiek Achmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hlm. 97.
[4] Syakir, Jamaludin, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi Saw, (Yogyakarta: LPPI UMY, 2009), hlm. 1.
[5] Ibid., hal. 98.
[6] Ibid., hal 99.
[7] Dony Burhan Noor Hasan, Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Pustaka Radja, 2013), hlm. 71-72.
[8] Dra. Rosniati Hakim, Pengantar Studi Islam, (Padang: Suluh, 2003), hal.154-155
[9] Muzibur Rahman, “Penerapan Islam dalam kehidupan sehari-hari”, diakses dari http://muziburrahman-fkp14.web.unair.ac.id/artikel_detail-116271-Islam-penerapan%20islam%20dalam%20kehidupan%20seharihari.html, pada tanggal 30 Agustus 2017 pukul 09.30
[10] Dony Burhan Noor Hasan, op.cit., hlm. 56.
[11] Ibid., hlm.57-58.

No comments:

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA AWAL PERMULAAN ISLAM SAMPAI DENGAN KHULAFAURRASYIDIN

                                                                                     BAB I                                            ...