BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat istimewa,
karena manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya. Manusia diberi akal dan
pikiran untuk bertindak sesuai dengan etika dan nilai - nilai moral yang
berlaku sesuai dengan kehendaknya, lingkungan, dan ajaran agama yang dianutnya.
Nilai - nilai dan norma - norma yang memberikan arah dan makna bagi manusia
dalam bertindak ialah agama.
Manusia memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai
agama yang paling baik, tidak pernah membeda - bedakan golongan. Hal ini
berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah
SWT dalam hal - hal yang diridhoi-Nya. Agama islam sangat mentoleransi kepada
agama - agama lain.
Dalam kehidupan sehari - hari, agama islam berpengaruh
besar terhadap perkembangan diri kita untuk menjadi insan yang lebih baik dan
bermanfaat bagi orang lain. Banyak sekali peran serta fungsi agama islam dalam
membentuk akhlak seseorang. Salah satu contohnya agama islam berperan sebagai
pedoman umatnya.
Semakin dia
dekat dengan Allah semakin baik akhlak yang tertanam dalam dirinya dan
sebaliknya. Oleh karena itu, agama islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
kebajikan di dalam kehidupan.[1]
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini :
1. Apakah pengertian agama islam secara umum?
2. Bagaimana karakteristik ajaran islam?
3. Apa peran dan fungsi agama islam dalam kehidupan?
4. Implementasi agama islam dalam kehidupan sehari-hari?
C.
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1.
Menjelaskan
pengertian agama islam secara umum
2.
Menjelaskan
karakteristik ajaran islam
3.
Menjelaskan
peran dan fungsi agama islam dalam kehidupan
4.
Menjelaskan
tata cara penerapan agama islam dalam kehidupan sehari – hari
D.
Manfaat
Sebagai
landasan untuk bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama
Islam Secara Umum
Islam adalah agama samawi yang diturunkan dan di
syariatkan oleh Allah SWT, kepada nabi Muhammad SAW sebagai rasul utusan Allah
dan Allah menjadikan Islam sebagai agama yang Rahmatal lil ‘aalamiin (Rahmat
bagi seluruh alam). “Sesungguhnya Agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam”. (Q.s. Ali-Imran: 19)
Agama Islam adalah agama Allah, dari Allah dan milik
Allah. Diamanatkan kepada umat pengikut utusan Allah. Jadi, sejak jaman Nabi
Adam, Musa, dan Isa agama Allah adalah Islam, meskipun sekarang agama Yahudi
diklaim sebagai agama yang dibawa oleh Musa begitu juga dengan ajaran Kristen,
diklaim sebagai ajaran yang dibawa oleh Isa. Padahal sebenarnya ajaran yang
dibawa oleh Musa dan Isa untuk masalah akidah adalah sama, sama-sama mengesakan
Allah, hanya berbeda dalam hal syara’ yang lain. Jadi, makna Islam dapat
dipersempit lagi sebagai agama yang diamanatkan kepada umat pengikut
Rasulullah, Muhammad SAW.[2]
B.
Karakteristik
Ajaran Islam
1.
Karakteristik
Umum
a.) Islam sebagai agama prophetic,
revealed religion, mission religion, agama wahyu, agama samawi, merupakan
kontinuitas, penyempurnaan, dan penutup risalah para Nabi.
b.) Islam sebagai sebuah din dan tamaddun sekaligus, bersifat eternal, universal, mencakup semua
sendi kehidupan manusia baik dimensi vertikal maupun horizontal.[3]
c.) Islam adalah agama yang mengakui
adanya pluralitas, keanekaragaman keyakinan, kepercayaan, agama, manusia.
Sehingga Islam mengakui eksistensi agama lain. Akan tetapi, islam menolak paham
pluralisme yang menganggap bahwa di dalam pluralitas agama terdapat hakikat
yang sama, yakni sama-sama pasrah, patuh, dan tunduk sepenuhnya kepada Tuhan.
Pluralisme adalah paham yang mengajarkan adanya kesadaran akan satu Tuhan,
banyak jalan. Untuk menuju pada Tuhan yang satu, terdapat berbagai jalan. Islam
melihat bahwa pasrah dan tunduk kepada Tuhan harus melalui cara yang ditentukan
oleh Allah, yang dalam hal ini telah terangkum dalam din al-islam. Segala bentuk kepatuhan kepada Tuhan, yang tidak
sesuai dengan cara-cara dalam islam merupakan sebuah jalan yang sesat.
d.) Islam merupakan agama yang terbuka,
bisa dikaji dari berbagai keilmuan. Sehingga bagi umat Islam Al-Qur’an yang
merupakan sumber utama ajaran islam, merupakan sebuah Grand theory, dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
2.
Karakteristik
Khusus
a.) Bidang Akidah
1. Akidah islam adalah aqidah tauqifiyyah, artinya adalah
akidah islam dijealskan secara terperinci. Mana perbuatan-perbuatan yang masuk
dalam kategori tauhid dan syirik disebutkan secara jelas, tanpa ada sedikit pun yang tercecer. Hal ini disebabkan
bahwa akidah merupakan bagian yang terpenting dalam ajaran islam.
2. Akidah islam adalah aqidah ghaibiyyah, artinya ajarannya
berpangkal dari keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya yang gaib, Allah,
Malaikat, dan hari Akhir. Walaupun demikian, bukan berarti bahwa ajaran islam
tidak bisa dicerna oleh akal dan pancaindra.
3. Akidah islam adalah aqidah syumuliyyah, artinya di dalam
ajarannya terdapat integritas antara dimensi substansi dan aplikasi, teori dan
praktik, ilmu, iman, dan amal. Di samping itu, akidah islam memiliki persepsi
yang integral tentang masalah-masalah kemanusiaan universal, seperti Tuhan,
manusia, dan alam.
b.) Bidang Ibadah dan Muamalah
Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibn Taymiyah mengartikan ibadah
sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta (Al-hubb). Seseorang belum dikatakan
beribadah kepada Allah kecuali bila ia mencintai Allah lebih dari cintanya
kepada apapun dan siapapun juga. Ketaatan tanpa unsur cinta maka tidak bisa
diartikan sebagai ibadah dalam arti yang sebenarnya. Dari sini pula dapat dikatakan bahwa akhir
dari perasaan cinta yang sangat tinggi adalah penghambaan diri sedangkan
awalnya adalah ketergantungan.[4]
1. Islam tidak mengenal konsep
dikotomis tentang ibadah. Ibadah dalam islam meliputi semua segi kehidupan
manusia, yang dibagi menjadi dua, yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah.[5]
Islam memandang ibadah merupakan konsepsi Tauhid, sehingga ibadah harus
merupakan realisasi dari keTauhidan seseorang. Selain itu di dalam islam
bersifat humanisme geosentris, artinya
semua bentuk ibadah hanya ditunjukkan kepada Allah, tetapi manfaat atau
hikmahnya untuk manusia sendiri.
2. Islam di dalam kehidupan yang
dijalankan harus seimbang, antara urusan dunia dan akhirat. kita menjalankan
kehidupan di dunia ini untuk menggapai kehidupan akhirat yang kekal abadi.
c.) Bidang Ilmu dan Kebudayaan
1. Islam mengajarkan kepada pemeluknya
untuk bersikap terbuka atau tertutup. Islam merupakan sebuah paradigma terbuka,
menjadi mata rantai terpenting dalam peradaban dunia.[6]
2. Islam demikian kuat mendorong
manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk
berfikir, merenung, dan sebagainya. (5 ayat pertama surah Al-Alaq)
Demikian
pentingnya ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama
nilainya dengan jihad dijalan Allah.
d.) Islam Sebagai Disiplin Ilmu
1. Islam juga telah tampil sebagai sebuah
disiplin ilmu, yaitu ilmu keIslaman. Menurut peraturan Menteri Agama RI tahun
1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah Al-Qur’an/Tafsir,
Hadist/Ilmu Hadist, Ilmu Kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam (Fiqih), Sejarah
dan Kebudayaan Islam, serta Pendidikan islam.
2. Islam agama yang mengajarkan
perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja keras yang
bermutu, demokratis, adil, seimbang antara hubungan dunia dan akhirat. Islam
juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman dengan berbagai
cabangnya.
C.
Peran dan
Fungsi Agama Islam Dalam Kehidupan
Bagi
kehidupan manusia, Agama Islam merupakan rahmat Allah SWT. Ia diturunkan kepada
manusia sebagai pedoman dasar bagi pengelolaan positif seluruh potensi alam
raya. Rahmat dimaksud berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an surah
Al-Anbiyaa’ : 107, “ Dan sekali-kali tidak aku utus Engkau (Muhammad/Islam)
melainkan sebagai seluruh rahmat bagi seluruh alam”.
Ayat
Al-Qur’an tersebut menunjukkan bahwa ajaran agama islam bukan hanya merupakan
rahmat dan kasih sayang bagi orang islam melainkan juga merupakan rahmat dan
kasih sayang kepada non-islam, bahkan seluruh makhluk dan seisi alam ini.
Karena itu, mewujudkan kasih sayang dalam perilaku hidup setiap muslim tidak
dibatasi oleh dinding agama dan keyakinan, bahkan perwujudan kasih sayang
dimaksud hendaknya sampai juga seluruh alam hewani, nabati, jamadi. Sebagai
contoh dapat disebut misalnya perlakuan manusia kepada binatang. Seorang muslim
dilarang oleh Allah mengambil bagian daging binatang yang masih hidup, karena
perbuatan itu akan menyiksa atau menyakiti binatang. Selain contoh tersebut,
dalam penyembelihan binatang diperintahkan oleh Allah kepada manusia agar
melakukan penyembelihan binatang melalui pisau yang tajam, cepat, dan didahului
dengan menyebut nama Allah SWT.
Selain
contoh perlakuan kepada binatang tersebut, akan dikemukakan contoh perlakuan
terhadap sesama manusia, yaitu islam mengenal ajaran bahwa seluruh umat manusia
adalah keluarga besar yang sama sebagai hamba Allah dan diberi tugas yang sama
pula yaitu beribadah (Mengabdi) kepada Allah.
Pada saat
nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya berkumpul, tiba-tiba ada mayat yahudi
yang dibawa lewat di hadapan Rasulullah dan para sahabatnya, maka Rasul beserta
sahabatnya serentak berdiri. Di antara sahabat yang berdiri tersebut, ada yang
berkata kepada nabi Muhammad SAW bahwa mayat yang lewat itu adalah mayat orang
yahudi, tapi Rasulullah tetap berdiri dan bersabda, bahwa mereka pun adalah
manusia juga yang berhak mendapat penghormatan.[7]
·
Fungsi Agama
Islam adalah sebagai berikut :[8]
a. Sebagai pembimbing dalam hidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup
segala unsur pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil.
Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis,
di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang menentramkan jiwa
maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan
sosial akan mampu menghadapi dengan tenang.
b. Penentram
Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran Allah tak peduli orang itu kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup.
Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang didalamnya terdapat hak orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh yang maha berkehendak, tidak mungkin gelisah.
Begitu juga dengan orang yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya melainkan keimanan dan ketakwaannya.
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran Allah tak peduli orang itu kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup.
Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang didalamnya terdapat hak orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh yang maha berkehendak, tidak mungkin gelisah.
Begitu juga dengan orang yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya melainkan keimanan dan ketakwaannya.
c. Penolong
Dalam Kesukaran
Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang.
Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.
Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang.
Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.
d. Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk meminta dihormati.
Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta dihormati kepada anak.
Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain (hablum minannas/hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Dan masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan tatanan perilaku moral yang baik.
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk meminta dihormati.
Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta dihormati kepada anak.
Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain (hablum minannas/hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Dan masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan tatanan perilaku moral yang baik.
D.
Implementasi
Agama Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan ini sebagai umat muslim
kita diwajibkan untuk hidup secara islami, dimana segala hal dalam kehidupan
harus dijalankan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Di sini setiap muslim harus
berusaha mewujudkannya dengan cara meniatkan segala hal yang dilakukannya
adalah bagian dari ibadah.
Syari’at Islam mengatur seluruh pola
perilaku manusia dalam segala aspek kehidupannya, baik aqidah, ibadah, syari’ah
(dalam arti khusus), muamalah maupun siyasah. Syari’at Islam merupakan rahmat
bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin). Untuk itu harus diterapkan, agar
rahmat tersebut dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia dan alam sekitarnya.
Islam
adalah jalan hidup (way of life) yang dihadirkan untuk umat manusia. Keislaman
seseorang tidaklah cukup hanya dalam ucapan syahadah saja, atau lebih luas
dengan apa yang disebut sebagai rukun Islam. Islam harus diterima secara kaffah
atau totalitas (QS 2:208, Al Baqarah) -termasuk dalam menerapkan syari’atnya-,
tidak menerima sebagian ajaran Islam dan menolak sebagian yang lain karena
tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT.[9]
Dengan
ini kita semua mengerti bahwa islam mencakup keseluruhan termasuk dalam
kehidupan sehari-hari segala perbuatan kita harus bersandar pada hukum-hukum
islam, baik itu dari hubungan kita dengan Allah (Habluminallah), dengan diri
sendiri , maupun orang lain (Habluminannas).
Tolok
ukur implementasi berbagai hubungan manusia dalam kehidupannya sehari-hari
sehingga dapat disebut berakhlak mulia. Hal itu, akan diuraikan sebagai berikut
:[10]
1.
Perilaku
Manusia yang Berhubungan dengan Allah Swt (HabluminAllah)
Allah
Swt menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dan mulia. Kesempurnaan dan
kemuliaan itu melekat seperangkat norma-norma hukum yang wajib dipatuhi oleh
manusia, baik norma hukum yang berbentuk perintah maupun norma hukum yang
berbentuk larangan. Norma hukum dimaksud itu adalah perintah dan larangan yang
diperuntukkan kepada manusia. Sebagai contoh dapat disebut misalnya shalat lima
waktu dalam sehari semalam. Shalat itu adalah salah satu perintah dalam bentuk
kewajiban yang berlaku kepada manusia. Pelaksanaan kewajiban itu bertujuan
mencegah manusia berperilaku atau berbuat keji dan mungkar. Hal itu, berarti
mewujudkan manusia yang berperilaku atau berakhlak mulia. Perilaku manusia yang
demikian mencerminkan hubungan makhluk dengan pencipta (Allah Swt).
Perilaku manusia yang berhubungan
dengan Allah adalah ucapan dan perbuatan manusia. Karena itu, akhlak manusia
yang baik kepada Allah adalah manusia yang mengucapkan dan bertingkah laku
terpuji kepada Allah swt, baik ucapan melalui ibadah langsung kepada Allah
seperti Shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, maupun melalui
perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan manusia dengan Allah di
luar ibadah tersebut. Perilaku manusia dimaksud adalah dengan bersyukur,
istighfar, bertasbih.
2.
Perilaku
Manusia yang Berhubungan Sesamanya (Habluminannas)
Perilaku
Manusia yang berhubungan dengan sesamanya terdiri atas : (1) perilaku yang
berhubungan dengan diri sendiri, (2) Perilaku yang berhubungan dengan keluarga,
dan (3) Perilaku yang berhubungan dengan masyarakat. Ketiga bentuk perilaku dimaksud,
akan diungkapkan sebagai berikut[11] :
1) Perilaku yang berhubungan dengan diri
sendiri
Terdiri atas : a. Sabar (Q.s. al-Baqarah/2:
153), b. Syukur (Q.s. an-Nahal/4: 14), c. Tawadhu’ (Q.s. Lukman/31: 18), d.
Benar (Q.s. St-Taubah/9:19), e. Iffah/menahan diri untuk tidak melakukan yang
terlarang, f. Menahan diri untuk tidak marah, g. Amanah atau jujur, h. Berani karena benar, i. Qana’ah atau merasa cukup apa yang sudah ada.
Perilaku
manusia yang berhubungan dengan individu manusia adalah seperangkat norma hukum
yang dibuat oleh Allah Swt (Pencipta) yang diperuntukkan kepada makhluk manusia
(ciptaan).
2)
Perilaku
yang berhubungan dengan keluarga
Meliputi : a. Berbuat baik kepada
orangtua (Q.s.an-Nisa/4: 36), b. Adil terhadap saudara (Q.s.an-Nahl/16: 90), c.
Membina dan mendidik keluarga (Q.s. at-Tahrim/66: 6 dan saf-Su’araa/26 : 214),
d. Memelihara keturunan (Q.s. an-Nahl/16: 58-59)
3)
Perilaku
yang berhubungan dengan masyarakat
Yaitu : a. Ukhuwwah/Persaudaraan (Q.s.al-Hujurat/49:
10), b. Ta’awun/tolong-menolong (Q.s. al-Maidah/5: 2), c. Adil (Q.s. an-Nisa/4:
58), d. Pemurah (Q.s. Ali-Imran/3: 92), e. Penyantun (Q.s. Ali-Imran/3:
133-134), f. Pemaaf (Q.s. Ali-Imran/3: 159, g. Menepati janji (Q.s.
al-Israa’/17: 34), h. Musyawarah (Q.s. Ali-Imran/3: 159) dan Asy-Syuura/42:
38), i. Berwasiat di dalam kebenaran (Q.s. al-‘Ashar/103: 1-3).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama adalah
suatu pedoman hidup seseorang untuk mencapai kebahagiaan dunia maupun
akhiratnya.
Salah satu tujuan agama adalah
membentuk jiwa berbudi pekerti dengan adab yang sempurna, baik dengan Allah
maupun lingkungan masyarakat. Semua agama sudah sangat sempurna dikarenakan
dapat menuntun umatnya bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan. Keburukan
cara bersikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarenakan ketidakpahaman
tujuan daripada agamanya. Memburukkan serta membandingkan agama satu dengan
yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama.
Implementasi
atau Penerapan islam dalam kehidupan sehari-hari
merupakan penerapan yang kaffah (menyeluruh), disini apapun yang dilakukan
seorang muslim hendaknya dilandaskan ibadah atau niat semata-mata karena Allah
SWT, karena pada dasarnya hukum-hukum islam telah mencakup semuanya di dalam
kehidupan, apalagi kehidupan individu dan masyarakat yang sangat kecil
orientasinya, bahkan urusan yang lebih besar seperti pemerintahan pun telah
diatur di dalam islam. Maka dari itu, peran dan fungsi agama Islam sangatlah
berpengaruh dalam sendi kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
B.
Saran
Umat islam hendaknya lebih mengenal islam
dengan sebenar-benarnya, tidak memandang ibadah dalam islam hanya sebagai
cultural seperti shalat dan puasa saja, tapi berusaha meniatkan segala
kegiatannya di dunia ini sebagai ibadah hingga ia mampu berlaku baik. Jangan
biarkan perbuatan tercela mendarah daging dalam tubuh kita. Oleh karena itu,
kita sebagai umat islam harus berpegang teguh terhadap al-Qur’an dan hadist
yang merupakan pedoman umat islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdain. “Fungsi Agama bagi
kehidupan.”
http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/ (diakses tanggal 30 Agustus 2017)
Hakim, Rosniati. 2003. Pengantar Studi Islam. Padang:
Suluh.
Harun, Nasution. 1985. Islam
Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta:
Universitas
Islam-Press.
Hasan, Dony Burhan Noor dkk. 2013. Pendidikan Agama Islam. Surabaya:
Pustaka Radja.
Jamaludin, Syakir. 2009. Shalat Sesuai Tuntunan Nabi Saw.
Yogyakarta: LPPI
UMY.
Rahman, Muzibur. “Penerapan Islam dalam
kehidupan sehari-hari. ”
http://muziburrahman-fkp14.web.unair.ac.id/artikel_detail-116271-Islam-penerapan%20islam%20dalam%20kehidupan%20seharihari.html
(diakses tanggal 30 Agustus 2017)
Supadie, Didiek Achmad dkk. 2015.
Pengantar Studi Islam. Jakarta:
Rajawali
Pers.
[1] Abdain, “Fungsi
Agama bagi
kehidupan”, diakses dari http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/, pada
tanggal 30 Agustus 2017 pukul 09.18.
[2] Nasution Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai
Aspeknya, (Jakarta: Universitas Islam-Press, 1985), hlm. 9.
[5] Ibid., hal. 98.
[7] Dony Burhan Noor Hasan, Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:
Pustaka Radja, 2013), hlm. 71-72.
[9] Muzibur
Rahman, “Penerapan Islam
dalam kehidupan sehari-hari”, diakses dari http://muziburrahman-fkp14.web.unair.ac.id/artikel_detail-116271-Islam-penerapan%20islam%20dalam%20kehidupan%20seharihari.html, pada
tanggal 30 Agustus 2017 pukul 09.30
[11] Ibid., hlm.57-58.
No comments:
Post a Comment