Wednesday, March 18, 2020

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA AWAL PERMULAAN ISLAM SAMPAI DENGAN KHULAFAURRASYIDIN



                                                                                     BAB I
                                                                            PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan berkaitan dengan itu kita bisa tau apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun kita kadang sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga cenderung kita berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan dimasa lalu. Disinilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang – matang untuk masa depan yang cemerlang.
Islam merupakan agama penyempurna agama yang terdahulu dalam perkembangannya agama islam melewati beberapa tahapan. Dari awal perkembangan islam yang dipimpin Nabi Muhammad SAW sampai dengan khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar As Sidiq, Umar Bin Khatab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Tholib.
Dalam makalah ini kami akan memaparkan tahap – tahap perkembangan islam beserta tugas dan cirri – ciri dari masing – masing Kholifah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagimana sejarah peradaban islam pada awal permulaan islam
2.      Bagimana Sejarah peradaban islam pada masa khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar As Sidiq, Umar Bin Khotob, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Tholib
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami sejarah peradaban islam dari awal permulaan islam sampai masa khulafaur Rasyidin.
2.      Untuk mengetahui ciri – ciri serta tugas dari masing – masing kholifah
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Peradaban Islam Pada Awal Permulaan Islam
  Sejarah bagi sebagian orang yg peristiwa masa lalu yang tidak ada kaitannya degan peristiwa masa kini. Statement miring atau penilaian sepihak terhadap keberadaan sejarah juga dilontarkan orang yaitu “yang sudah ,biarlah , lupakan saja” Perihal sejarah juga , sebagian lain menegaskan bahwa realita kehidupan selalu baru dan sangat tergantung kepada sang pembaharu yang menciptakannya, yang dimkasud dengan baru dalam perspektif ini bukan lama atau bukan lahir dari yang sebelumnya. Apa yang terjadi dimasa sekarang,bukan produk masa lalu dan terlepas dari peristiwa yang terjadi sebelumnya.
Bagaimana kemudian sejarah islam dan peradabannya dipelajari? setelah seseorang mempelajari sejarah, semetinya ia memiliki wawasan luas dan sikap positif. Para orientaris misalnya dianggap menjelek-jelekan islam karena mereka tidak memahami substansi. Padahal ada aspek-aspek dalam agama yang tidak selamanya disikapi demikian. Akhirnya agama islam disebut sebagai agama samawi yang tradisi agama-agama sebelumnya menjadi tidak rahmatan li al-alamin bagi umatnya sendiri.
Pendapat lain menegaskan bahwa karakteristik sejarah dengan kedisiplinanya dapat di aplikasikan dalam beberapa orientasi yang saling berhubungan, yaitu pertama sejarah merupakan mengenai kejadian kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan - keadaan manusia di masa lampau dalam kaitannya dalam keadaan masa  kini. Kedua, sejarah merupakan pengetahuan tentang hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh dari penyelidikan dan analisi peristiwa masa lampau itu.


ΓΌ    Sejarah Peradaban Islam Pada Awal Permulaan Islam
·         Tahap pertama dalah dakwah secara rahasia hal ini mungkin didasarkan atas aspirasi dan pengalaman beliau bahwa senua yang dilaksanakan pada tingkat permulaan belum boleh secara demonstratif dan terbuka. Dakwah dilakukan pda keluarga terdekat, pada teman- teman dekatnya dengan pendekatan-pendekatan yang bersifat pribadi
·         Seruan Nabi kepada orang-orang mekkah untuk beralih agama yaitu agama Islam namun masih dalam semi rahasia sifatnya lebih luas dari yang pertama
·         Tahapan ketiga dari seruan Nabi Muhammad adalah dengan demonstratif dan terbuka. Pada tahap ini masyarakat secara umum dan luas diajak oleh Nabi Muhammad untuk  menjadi penganut Islam yang setia. Nabi memperkenalkan Islam di tempat umum.

B.     Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
1.      Pada Masa Abu Bakar As Sidiq
Abu bakar adalah ahli hukum yang tinggi mutunya. Ia memerintah dari tahun 632 sampai 634 M. Sebelum masuk islam, ia terkenal sebagai orang jujur dan disegani, ikut aktif mengembangkan dan menyiarkan islam. Atas usaha dan seruanya banyak orang terkemuka memeluk agama islam ternama. Dan karena hubungannya yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad Saw., beliau mempunyai pengertian yang lainnya. Karena itu pula pemilihanya sebagai khalifah pertama adalah tepat sekali.
Di masa Abu Bakar tidak tampak ada suatu perubahan dalam lapangan peradilan ini, karena kesibukannya memerangi sebagai kaum muslimin  yang murtad sepeninggal Rasulullah Saw., dan kaum pembangkang menunaikan zakat dan urusan - urusan politik dan pemerintahan lainnya, di samping belum meluasnya wilayah kekuasaan islam pada masa itu. Dalam masalah peradilan, Abu Bakar mengikuti jejak Nabi Muhammad Saw., yakni ia sendirilah memutuskan hukum di anatra umat islam di Madina. Sedangkan para gubernurnya memutuskan hukum di antara manusia di daerah masing – masing di luar Madinah. Adapun sumber hukum pada Abu Bakar adalah Al-Qur’an,sunnah, dan ijtihad setelah pengkajian  dan musyawarah dengan para sahabat. Dapat dikatakan bahwa pada pemerintahan Abu Bakar ada tiga kekuasaan, pertama, quwwat al-syari’ah ( legislatif ) , kedua, quwwad al-qadhaiyah ( di dalam masuk peradilan) dan  ketiga, quwwat al-tanfisiyyah ( Eksekutif ).
Diriwayatkan dalam pemerintahan Abu Bakar, urusan peradilan diserahkan kepada Umar Bin Khattab selama dua tahun lamanya, namun selama itu tidak pernah terjadi adanya sengketa yang perlu dihadapkan ke muka pengadilan, karena dikenalnya Umar sebagai orang yang sangat keras dan juga karena faktor pribadi – pribadi kaum muslim pada masa itu yang dikenal sebagai sangat saleh dan toleran terhadap sesame muslim, sehinga factor inlah yang sangat membantu tidak terwujudnya selisih sengketa di antara mereka.
Ringkasan, Langkah – langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam isinbath al-ahkam adalah sebagai berikut.
1)      Mencari ketentuan hukum dalam Al-Qur’an. Apakah ada, ia putuskan berdasarkan ketetapan yang ada dalam Al-Qur’an.
2)      Apabila tidak menemukannya dalam Al-Qur’an, ia mencari ketentuan dalam sunnah; bila ada, ia putuskan berdasarkan ketetapan yang ada dalam sunnah.
3)      Apabila tidak menemukannya dlam sunnah, ia bertanya kepada sahabat lainnya apakah Rasulullah Saw,telah memutuskan persoalan yang sama pada Zamannya. Jika ada yang tahu, ia menyelesaikan persoalan tersebut berdasarkan keterangan dari yang menjawab setelah memenuhi beberapa syarat.
4)      Jika tidak ada sahabat yang memberikan keterangan, ia mengumpulkan para pembesar sahabat dan bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi jika ada kesepakatan di anatara mereka, ia menjadikan kesepakatan itu sebagai keputusan.
2.      Pada Masa Umar Bin Khattab
Setelah Abu Bakar meninggal dunia, Umar menggantikan kedudukannya sebagai khalifah ke-2. Pemerintaha Umar Bin Khattab ini berlangsung dari tahun 634 sampai 644 M. Satu hal yang perlu dicatat terlebih dahulu tentang kebijkan – kebijakan Umar dalam melanjutkan usaha pendahuluannya adalah: (1) Umar turut aktif menyiarkan agama Islam. Ia melanjutkan usaha Abu Bakar meluaskan degara islam  sampai ke paslestina,Syria,Irak. Dan Persia di sebelah Utara serta ke Mesir Barat Daya; (2) Menetapkan tahun islam yang terkenal dengan tahun hijriyah berdasarkan peredaran bulan (qamariyah), dibadingkan dengan tahun masehi (miladiyah) yang disdasarkan pada peredaran matahari. Perbedaan diantara tahun ini setiap tahun adalah 11 hari. Penetapan tahun hijriyah ini dilakukan Umar pada 638M; (3). Sikap tolerannya terhadap pemeluk Negara lain. Hal ini terbukti ketika beliau hendak mendirikan masjid di Jarusalem (Palestina). Beliau meminta izin kepada pemeluk agama lain disana, padahal beliau adalah pemimpin dunia waktu itu.
            Ketika semakin tersebar, masalah hukum semakin bertambah, dan meluas pula peranan para gubernur. Oleh karena itu umar bin khattab memisahkan peradilan(yudikatif) dari pemerintahan(eksekutif), dan mengangkat beberapa orang sebagai hakim selain para gubernur. Salah satu wasiat Umar Kepada seorang qhadi (hakim) pada zamannya, yaitau suray. Wasiat tersebut adalah
1)      Berpeganglah pada Al Qur’an dalam menyelesaikan kasus
2)      Apabila tidak di temukan dalam Al Qur’an,hendaklah kau berpegang pada sunnah
3)      Apabila tidak didapatakn dalam sunnah,beritijtihadlah.
Dalam mempertimbangkan perkara, khalifah Umar selaku hakim yang bijaksana melakukan dua hal penting yang patut mendapat perhatian dan menjadi pelajaran berharga bagi para hakim di sepanjang zaman. Kedua hal penting tersebut adalah : Beliau sekalipun dikenal sebagai orang keras dan tegas menghadapi setiap pelanggar hukum Allah, dan orang-orang jahat, namun beliau   mampu menguasai dan mengendalikan diri untuk tidak terburu-buru menjatuhkan suatu keputusan (vonis).
Beliau memanfaatkan tenaga ahli/penasihat ahli dalam hal ini sahabat Nabi yang terkenal dengan gelarnya Babul-ilm, yaitu Ali bin Abi Thalib[1]Upaya yang dilakukan oleh Umar dengan meminta bantuan dari Ali r.a. adalah apa yang dinamakan sekarang tahlil unshuril-jarimah (menganalisis unsur kejahatannya sendiri), seperti pemeriksaan darah, sidik jari, dan sebagainya dalam peristiwa pembunuhan misalnya. Langkah selanjutnya, Umar menitikberatkan pada bahan bukti yang diajukan oleh pendakwa.
3.  Pada Masa Usman Bin Affan
Pemerintahan Usman Bin Affan berlangsung dari tahun 644-656M. Ketika dipilih, Usman telah berusia 70 tahun. Di masa pemerintahannya perluasan daerah islam diteruskan ke Barat sampai ke Maroko, ke Timur menuju India, dan ke Utara bergerak menuju Konstatinopel. Usman Bin Affan adalah orang pertama yang mengkhususkan kantor untuk peradilan,sedangkan peradilan dalam masa dua Khalifah sebelumnya dilaksanakan di Masjid. Peradilan pada masa Usman sama seperti peradilan di masa dua sahabat sesudahnya. Usman mengutus    petugas-petugas sebagai pengambil pajak dan penjaga batas-batas      wilayah untuk menyeru amar ma’ruf nahi munkar, dan terhadap masyarakat yang bukan muslim (ahli dzimmah)berlaku kasih sayang dan lemah lembut serta berlaku adil terhadap mereka. Usman  memberikan hukuman cambuk terhadap orang yang biasa minum arak,  dan mengancam setiap orang yang berbuat bid’ah dikeluarkan dari  kota Madinah, dengan demikian keadaan masyarakat selalu dalam kebenaran.
  4. Pada Masa Ali Bin Abi Tholib
Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan ketiga puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali Al-Hanafiyah mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan membunuh Khalifah Utsman.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai penolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Tidak lama setelah itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shifin Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum, Khawarij orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kita dapat mempelajari sejarah peradaban dengan memiliki wawasan luas dan sikap positif. Padahal ada aspek-aspek dalam agama yang tidak selamanya disikapi demikian
Sejarah peradaban islam pada masa khulafaur Rasyidin yakni dari Abu Bakar As Sidiq, Umar Bin Khatab, Usman Bin Affan, sampai dengan Ali Bin Abi Tholib mempunyai kisah sendiri-sendir. Untuk itu kita sebagai umat muslim dapat mengambil teladan dari sejarah Khulafaur Rasyidin yang dipimpin oleh sahabat-sahabat nabi untuk membangkitkan kembali peradaban islam dengan tetap konsisten terhadap akidah kita.

B. Kritik dan Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Maka dari itu kami ingin masukan khususnya dari pembaca untuk memperbaiki di waktu yang akan datang. Akhir kata Wabilihitaufiq Walhidayah Wassalamualaikum Wr.Wb


DAFTAR  PUSTAKA
Prof.Dr.Alaiddin Koto, M.A.(et.al) ,Sejarah peradaban Islam.
Dr. Muhammad Abdurrahman, M.Ed., Akhlak ( Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia ),
Dr. Rusydi Sulaiman, M.Ag., Pengantar Meteodologi Studi Sejarah Peradaban Islam,
Dr. BadrinYatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,
https://agantuger.wordpress.com/2014/02/02/peradaban-islam-pada-masa-khulafaur-rasyidin/.




SEJARAH PERADABAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................
A.  Kata pengantar.................................................................................
B.  Latar belakang................................................................................
C.  Rumusan makalah.............................................................................
D.  Tujuan makalah................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................
A.    Perkembangan studi islam di indonesia...............................................
B.     Perkembangan studi islam di barat.....................................................
C.     Sejarah awal studi islam....................................................................
D.    Metode pembelajaran studi islam.......................................................
E.     Tujuan studi islam............................................................................
BAB III : PENUTUP......................................................................................
A.  Kesimpulan.......................................................................................
B.  Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................






KATA PENGANTAR
 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun  pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaa makalah ini.

                                                                                 Bangkalan, 01 September 2017

                                                                                      









BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan sejarah perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim dari masa keemasan ada banyak sekali kisah atau hal yang dapat dipelajari, bahkan pendekatan-pendekatan dan  metode-metodenya bisa juga diterapkan dalam era modern seperti di zaman sekarang ini. Sejarah perkembangan studi Islam ini merupakan bidang studi yang banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim maupun nonmuslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat dapat diperoleh dari penelitian perkembangan studi tersebut. Seperti halnya perkembangan, pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain dalam studi islam.
 Selama ini informasi mengenai sejarah perkembangan studi Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai, serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif. Sebenarnya proses pendidikan telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi.







B. Rumusan masalah
      1. Bagaimana perkembangan studi islam di indonesia?
      2. Bagaimana perkembangan studi islam di barat?
      3.Bagaimana sejarah awal studi islam?
      4. Bagaimana metode pembelajaran studi islam?
      5.  Bagaimana tujuan studi islam?

C. Tujuan masalah
       1.Mengetahui perkembangan studi islam di indonesia
       2.Mengetahui perkembangan studi islam di barat
       3.Mengetahui sejarah awal studi islam
       4.Mengetahui metode pembelajaran studi islam
       5.Mengetahui tujuan studi islam



BAB II
PEMBAHASAN

A.      PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA
          Mengamati perkembangan studi agama di indonesia, terutama lima tahun terakhir.Berbagai jurnal, banyak di antaranya dari semula memang bukan di terbitkan secara khusus untuk “studi agama” ikut memuat dan mengangkat isu-isu keagamaan.Jika diamati secara seksama, baik dengan atau tanpa melihat kualitas tulisan yang termuat dalam berbagai penerbitan kumpulan makalah atau maupun yang termuat dalam berbagai jurnal, hampir dapat di simpulkan bahwa tulisan-tulisan tersebut muncul dari anggota masyarakat yang tidak sepenuhnya terlibat dalam berbagai aktivitas “organisasi” kelembagaan agama yang ada di tanah air.Ada satu atau dua pengecualian, sudah barang tentu. Namun, pada umumnya, para penyumbang tulisan tersebut muncul dari kalangan peneliti dan pemerhati masalah-masalah sosial dan keagamaan. Fenomena ini sangat positif, setidaknya untuk mengimbagi alur pemikiran keagamaan yang sering kali menonjolkan warna pemikiran keagamaan yang bersifat teologis-partikularistik.
Jika salah satu target yang ingin di capai dari peringatan 100 Tahun parlemen agama-agama sedunia di indonesia adalah untuk mencetuskan sebuah deklarasi pembentukan “Tim Kerukunan Hidup Umat Beragama” sebagai wadah kerja sama keilmuan dan bidang keagamaan, maka hal demikian diharapkan, pada gilirannya, akan meningkatkan kualitas diskursus keilmuan dalam bidang keagamaan yang selama ini sudah berjalan. Masyarakat indonesia yang pluralistik dalam bidang keagamaannya sangat menuinggu-nunggu hasil kajian-kajian keilmuan dan penelitian-penelitian dalam bidang agama serta pemikiran-pemikiran keagamaan yang bersifat positif-konstruktifuntuk menopang keterlibatan bersama seluruh pengikut agama-agama di tanah air dalam membina dan memupuk Kerukunan Hidup antara Umat Beragama.
Seiring dengan pemekaran wilayah pemahaman dan penghayatan keagamaan, yang antara lain di sebabkan oleh transparannya sekat-sekat budaya sebagai akibat luapan arus informasi dalam era ilmu dan teknologi,masyarakat indonesia pada khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya, membutuhkan masukan-masukan dari kajian-kajian keagamaan yang segar dan tidak lagi meluju bersifat “teologis-normatif” tetapi juga menginginkan masukan-masukan dari kajian-kajian keagamaan yang bersifat historis-kritis.
Untuk itu, dalam tulisan ini, penulis hanya akan menegaskan perlunya pendekatan agama yang berwajah ganda dalam studi agama di indonesia, yakni pendekatan yang bersifat teologis-normalis dan sekaligus pendekatan yang bersifat histori-kritis. Kedua pendekatan itu tidak terpisah antara satu dengan yang lainnya, melainkan menyatu dalam satu kesatuan yang utuh, ibarat sekeping mata uang logam dimana antara kedua permukaannya menyatu dalam satu kesatuan yang kokoh.Bahwasanya antara kedua jenis pendekatan tersebut – seperti yang akan di uraikan di bawah sering kali terjadi ketegangan tersebut di harapkan bersifat kreatif (creative tension). Ketegangan kreatif selamanya akan mewarnai masyarakat beragam yang bersifat pluralistik seperti di tanah air.

B.  STUDI ISLAM DI NEGARA BARAT
Kajian tentang keislaman di barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para sarjana baratmulai tertarik mempelajari dunia timur, khususnya dunia islam. Memang, pada mulanya, kajian islam di barat di pelopori oleh para ahli  ketimuran (orientalis). Bahkan, kalau di tarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan barat-islam di mulai sejak abad ke-13, ketika sebuah universitas di perancis secara gencar mempelajari karya-karya sarjana islam. Universitas yang menjadi cikal-bakal Universitas paris-Sarbonne ini, secara intensif mengkaji karya-karya para filosop muslim, seperti Ibn Sina, Al-Farabi, dan Ibn Rusyd. Bahkan, pemikiran-pemikiran Ibn Rusyd sangat digandrungi, sehingga mereka membentuk sebuah kelompok studi yang di sebut sebagai “Averoisme”.
Tentu saja, kajian islam pada waktu itu berbeda dengan kajian keislaman pada masa modern. Dulu, kajian-kajian keislaman di barat lebih fokus, terutama,pada bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Karena itu, yang di pelajari oleh akademi barat pada awal-awal renaissance adalah karya-karya para filosof dan saintis muslim.Karya Ibn Sina, Al-Qanunn Fi Al-Tibb, misalnya, menjadi rujukan paling penting ilmu kedokteran di Eropa selama lebih dari tiga abad. Begitu juga buku penting Ibn Rusyd, Fasl Al-Maqal, menjadi rujukan kaum tercerahkan di Eropa, untuk menghadapi dominasi Gereja.
Perbedaan mendasar tradisi kajian islam di dunia Timur (islam)dan di barat terletak pada pendekatan yang di gunakan. Di timur, pendekatan lebih berorientasi materi dan penguasaan atas khazanah keislaman klasik. Adapun islamic studies di barat, kajianya lebih beriorientasi pada islami sebagai realitas atay fenomina sosial, yakni islam yang telah menyejarah, meruang dan mewaktu. Islam dikaji dan di pelajari hanyalah sebatas islam sebagai ilmu pengetahuan.
Pada era modern ini, kita mendapati dunia akademi barat lebih terbuka pada cabang-cabang ilmu keislaman yang lain. Tidak hanya Filsafat dan Sains, tetapi juga cabang-cabang ilmu keislaman, seperti Al-Qur’an, hadis, fiqh, dan sejarah islam. Berkembangnya kajian-kajian terhadap ilmu-ilmu ini, merupakan respons dari semakin meningkatnya kajian arkeologis,antropologis, historis, dan sosiologis di Eropa. Dunia islam, pada abad ke-19 menjadi salah satu “situs arkeologis” yang paling eksotis untuk di kaji.
Bagi penulis, maraknya kajian islam di barat, di satu sisi, menjadi kekayaan khazanah Islam di dekati secara ilmiah dan kritis. Yang lebih penting serta menguntungkan bagi akademis islam adalah munculnya perspektif yang berbeda ketika melihat khazanah keilmuan Islam. Kajian-kajian tentang Al-Qur’an, hadis, Fiqh, dan lainnya yang selama ini ---oleh kalangan muslim--- di posisikan sebagai serpihan turats yang di muliakan, --- oleh ilmuan barat --- dikaji secara kritis dan di tinjau dari aspek-aspek humanis yang membentuknya. Hal ini tentu sangat berguna bagi dinamika khazanah keislaman.
Studi tentang keislaman di barat (yang di lakukan para orientalis) berangkat dari paradigma berpikir bahwa islam adalah agama yang bisa di teliti dari sudut mana saja dan dengan kebebasan sedemikian rupa. Tidak mengherankan kalau mereka begitu bebasnya menilai, mengkritik bahkan melucuti ajaran-ajaran islam yang bagi kaum muslim tabu untuk di permasalahkan.
Studi yang mereka lakukan meliputi seluruh aspek ajaran islam, seperti sejarah, hukum, teologi, Al-Qur’an, hadis, tasawuf, bahasa, politik, kebudayaan dan pemikiran. Di antara mereka, ada yang mengkaji Islam meliputi seluruh aspek tadi, ada juga yang hanya meneliti satu aspek saja. Philiph K. Hitti, HAR Gibb, dan montgomery Watt banyak memfokuskan pengkajian pada aspek sejarah islam. Sementara Joseph Schacht memfokuskan pada kajian hukum islam, David Power memfokuskan pada kajian Al-Qur’an, dan A.J Arberry memfokuskan pada aspek tasawuf.
Sebagai contoh, David Power pernah meneliti sedalam-dalamnya ayat-ayat Al-Qur’an sehingga memunculkan sehingga memunculkan kesimpulan Al-Qur’an tidak sempurna, antara lain karena tidak adil membagi waris antara laki-laki dan perempuan. Joseph Schact pernah meneliti hadis sedemikian rupa sehingga pembaca bisa tergiring pada kesimpulan bahwa hadis tidak layak menjadi sumber hukum islam.

C.  SEJARAH AWAL STUDI ISLAM
Perkembangang Islam Klasik ditandai dengan perluasan wilayah. KeTika tinggal di Makkah, Nabi SAW dan para pengikutnya mendapat tekanan dari kalangan Quraisy yang tidak setuju terhadap ajaran yang dibawa beliau. Kemudian Nabi mengirim sejumlah pengikutnya ke Abesinia yang beragama Kristen Koptis untuk mendapatkan suaka.
Pada tahun 620  M, Nabi Muhammad SAW membuat persetujuan dengan sejumlah penduduk di Yastrib yang membuat Beliau dan penduduknya diterima di kalangan mereka. Setelah itu Yastrib disebut Madinah. Saat kedudukan Islam di Madinah menjadi kuat, umat Islam menentukan langkah selanjutnya yaitu menaklukkan Mekkah.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, kemudian digantikan oleh seorang khalifah. Namun akhir kekuasaan al-khulafa al-rasyidin ditandai dengan perpecahan umat Islam menjadi dua kubu besar: pendukung Ali bin Abi Thalib dan pendukung Mu’awiyyah bin Abi Sufyan.
Kekuasaan Bani Umayyah dimulai setelah khalifah keempat Ali bin Abi Thalib meninggal dunia. Akhir kekuasaan Bani Umayyah adanya pemberontakan yang dimotori oleh Abu Abbas dari Bani Abbas yang bekerja sama dengan Abu Muslim Al Khurasani dari Syi’ah. Sebagai usaha mempertahankan Dinasti yang berada di tangannya, Al Manshur memindahkan ibukota negara dari Damaskus ke Bagdad. Jasa besar Dinasti Bani Abbas adalah dalam bidang Ilmu Pengetahuan.
Islam zaman pertengahan dapat dibagi menjadi dua: zaman kemunduran dan zaman tiga kerajaan besar. Zaman kemunduran berlangsung sekitar 250 tahun (1250-1500), dan zaman tiga kerajaan besar berlangsung selama 300 tahun (1500-1800).
Kemunduran umat Islam pada zaman pertengahan diawali dengan kehancuran Bagdad oleh Halagu Khan (cucu Jengis Khan). Kemudian tiga kerjaan besar yang dimaksud adalah kerajaan Utsmani di Turki (1290-1924), kerajaan Safawi di Persia (1501-1736), dan kerajaan Mughal di India (1526-1858). Akan tetapi kemajuan tiga kerajaan besar ini tidak bertahan lam karena adanya kerusakan internal dan serangan dari luar.
Periode modern disebut pula oleh Harun Nasution (I, 1985:88) sebagai zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Ide-ide baru yang diperkenalkan Napoleon di Mesir adalah a) sistem negara republik yang kepala negaranya diplih untuk jangka waktu panjang, b) persamaan derajat, c) kebangsaan (Nation). Raja dan pemuka Islam berpikir dan mencari jalan keluar untuk mengambilkan balance of power yang telah membahayakan umat Islam. Maka timbullah gerakan pembaharan yang dilakukan di berbagai negara.
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, dengan mempelajarinya akan mengetahui sebab-akibat kemajuan dan kemunduran Islam. Terutama mengkaji pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Selaku umat Islam, hendaknya kita mengetahui sejarah guna menumbuhkembangkan wawasan generasi sekarang juga akan datang tentang mutiara ibrah yang terkandung pada sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi dua periode, Makkah dan Madinah. intisari pendidikan Islam pada periode itu disandarkan pada Alquran dan sunnah. Rasul adalah guru, pelopor pendidikan Islam. Dari sana titik awal perkembangan pendidikan Islam dimulai.
 Kajian ini akan membahas pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Makkah dan Madinah, kurikulum, kebijakan dan cara penyampaian ilmu yang disampaikan oleh Rasul. Pendidikan Islam masa Rasul menekankan pemahaman dan penghafalan Alquran, keilmuan berkembang belum meluas seperti pada masa setelahnya, cara pengajaran masa ini sangat sederhana, yaitu dengan berhadap-tatap langsung antara pendidik dan peserta didik, sehingga pelajaran lebih cepat dipahami, langsung ke sanubari sahabat. Dan dapat dilihat betapa tangguh alumni madrasah rasulullah itu, mari bercermin padanya. Road to Mohammed, Mohammed School. Ilmu di masa Rasul dan khalifah adalah sesuatu yang sangat berharga.
Sedang ulama adalah pewaris para Nabi, seseorang tidak akan sanggup menjalankan tugas ilmiah kecuali bila ia berhias dengan akhlak yang tinggi, jiwanya bersih dari berbagai sifat tercela. Dengan jalan ilmu dan amal serta kerja yang baik, rohani mereka meningkat naik mendekati Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Pendidikan Islam mengutamakan segi kerohanian dan moral, maka segi pendidikan mental, jasmani, matematik, ilmu sosial dan jurusan-jurusan praktis tidak diabaikan begitu saja, dengan demikian pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang komprehensif. Pendidikan Islam sangat memperhatikan bidang keimanan, aqidah dan pencapaian ilmu karena zat ilmiah itu sendiri, dan pada masa Rasul karakteristik ini telah dimiliki terutama aspek ilmiah, kesusasteraan dan kebendaan, walau belum setinggi pencapaian kaum muslimin di masa kejayaannya.
D.METODE PEMBELAJARAN STUDI ISLAM
Dalam mempelajari islam di perukan sebuah metodoligi agar ilmu tersebut dapat tersistematisi dengan baik. Melihat pentingnya sebuah metodologi dalam memahami islam, banyak ahli yang mencoba untuk menjelaskan metodologi mempelajari islam tersebut. Salah satu ahli yang secara serius mengupas masalah metodologi adalah Ali Syari’ati. Ia mengatakan, ada berbagai metode untuk memahami islam. Pertama, mengenal Allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama-agama lain. Kedua, mempelajari kitab Al-Qur’an dan membandingkan dengan kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab yang di katakan samawi) lainnya. Ketiga , mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Keempat, mempelajari tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran pemikiran lain. Dari seluruh cara yang di tawarkan oleh Syari’ati ini, pada intinya, yang tepat adalah cara komparatif ini, kita dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan masing masing.
Dengan demikian dapat dipahami, Metodologi Studi Islam adalah prosedur yang ditempuh dalam mempelajari Islam dengan cepat, tepat dan menyeluruh, yakni dari berbagai aspeknya dan berbagai alirannya. Karenanya MSI mempunyai arti penting dalam menempuh prosedur studi Islam yang dapat mengubah pemahaman masyarakat Muslim Indonesia dari pemahaman semula yang sempit menjadi pemahaman yang luas. Dari sikap yang ekstrim menjadi sikap yang toleran, bijaksana. Sikap toleran tidak berarti akidahnya lemah. Posisi akidah seperti dikatakan Ahmad Tafsir (2008:63) dalam keseluruhan ajaran Islam sangat penting.
 Akidah adalah bagian dari ajaran Islam yang mengatur cara berkeyakinan. Pusatnya ialah keyakinan kepada Tuhan. Akidah merupakan fondasi ajaran Islam secara keseluruhan, di atas akidah itulah keseluruhan ajaran Islam berdiri dan didirikan. Karena kedudukan akidah demikian penting, maka akidah seseorang muslim harus kuat. Dengan kuat akidahnya akan kuat pula keislamannya secara keseluruhan. Untuk memperkuat akidah perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua hal: 1. Mengamalkan keseluruhan ajaran Islam sesuai kemampuan secara sungguh-sungguh. 2. Mempertajam dan memperluas pengertian tentang ajaran Islam. Jadi akidah dapat diperkuat dengan pengamalan, pengalaman dan pemahaman.

E.TUJUAN STUDI ISLAM
Studi Islam adalah sebuah usaha untuk mempelajari islam secara mendalam dan segala seluk-beluk yang berhubungan dengan agama Islam. Studi islam ini mempunyai tujuan yang jelas, sekaligus menunjukkan arah studi Islamtersebut. Dengan arah dan tujuan yang jelas itu, dengan sendirinya, studi islam merupakan usaha sadar dan tersusun secara sistematis.
Muhaimin dalam bukunya mengemukakan bahwa arah dan tujuan studi islam dapat di rumuskan sebagai berikut:

1.Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya (hakikat) agama islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dengan kehidupan budaya manusia.Sehubungan dengan hal ini, studi Islam di lakukan berdasarkanasumsi bahwa sebenarnya agama di turunkan Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia di muka bumi. Agama-agama yang mulanya tumbuh dan berkembang berdasarkan pengalaman dan penggunaan akal serta budidaya manusia,di arahkan oleh Islam menjadi agama monotheisme yang benar. Sementara itu, Allah telah menurunkan ajaran islam sejak fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan akal dan budi daya manusia tersebut.

Dalam era moderen ini studi islam menjadi sangat penting. Karena agama, termasuk islam memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. Studi islam sendiri diharapkan dapat  melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup bertoleran (tasamuh) dalam wacana pluralitas agama, sehingga tidak melahirkan muslim eksterm yang membalas kekerasan agama dengan kekerasan agama pula..

Secara detail arah dan tujuan studi islam sendiri dapat dirumuskan sebagai   berikut:

1.         Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya hakikat)agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
2.         Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran serta operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.
3.         Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya.
4.         Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nili-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
Studi ini berasumsi bahwa agama islam adalah agama fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran agama islam tentunya sesuai dengan fitrah manusia.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
          Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “perkembangan studi islam”  Bahwasalnya :
1.      Perkembangan studi islam di Indonesia yang telah dimulai sejak zaman kerajaan dari abad 13 M tersebut telah semakin berkembang dengan munculnya berbagai macam lembaga-  lembaga serta tokoh-tokoh pendidikan islam di Indoneisa.
2.      Kajian tentang keislaman di barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para sarjana baratmulai tertarik mempelajari dunia timur, khususnya dunia islam. Perbedaan mendasar tradisi kajian islam di dunia Timur (islam)dan di barat terletak pada pendekatan yang di gunakan.
3.      Ekspedisi Napoleon di SMesir memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Ide-ide baru yang diperkenalkan Napoleon di Mesir adalah a) sistem negara republik yang kepala negaranya diplih untuk jangka waktu panjang, b) persamaan derajat, c) kebangsaan (Nation). Raja dan pemuka Islam berpikir dan mencari jalan keluar untuk mengambilkan balance of power yang telah membahayakan umat Islam. Maka timbullah gerakan pembaharan yang dilakukan di berbagai negara. . Rasul adalah guru, pelopor pendidikan Islam. Dari sana titik awal perkembangan pendidikan Islam dimulai.
4.      .Metode Pembelajaran islam Pertama, mengenal Allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama-agama lain. Kedua, mempelajari kitab Al-Qur’an dan membandingkan dengan kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab yang di katakan samawi) lainnya. Ketiga , mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Keempat, mempelajari tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran pemikiran lain.
5.      Metode pembelajaran islam adalah agama yang di turunkan Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia di muka bumi.
B.     Saran
       
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.







Daftar pustaka
Dr. M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta, PustakaPelajar, 1996) Cet.V
Mircea Aliade, Metodologi Studi Agama, (Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 2000)
Anwar, Rosihon, Prof.Dr.M.Ag., Pengantar Studi Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2009) Cet.I
Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ) cet.9

Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, (Bandung: Penerbit Angkasa,2005)

Description: C:\Users\miftah\Documents\universitas-trunojoyo-madura-HMP-PGSD.png

DOSEN PENGAMPU:
Holis, S.H.,M.H.I

Disusun Oleh:
Khoirudin (170711100072)
Nur Azizah (170711100057)


HUKUM BISNIS SYARIAH
FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................
A.  Kata pengantar.................................................................................
B.  Latar belakang................................................................................
C.  Rumusan makalah.............................................................................
D.  Tujuan makalah................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................
A.    Perkembangan studi islam di indonesia...............................................
B.     Perkembangan studi islam di barat.....................................................
C.     Sejarah awal studi islam....................................................................
D.    Metode pembelajaran studi islam.......................................................
E.     Tujuan studi islam............................................................................
BAB III : PENUTUP......................................................................................
A.  Kesimpulan.......................................................................................
B.  Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................






KATA PENGANTAR
 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun  pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaa makalah ini.

                                                                                 Bangkalan, 01 September 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan sejarah perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim dari masa keemasan ada banyak sekali kisah atau hal yang dapat dipelajari, bahkan pendekatan-pendekatan dan  metode-metodenya bisa juga diterapkan dalam era modern seperti di zaman sekarang ini. Sejarah perkembangan studi Islam ini merupakan bidang studi yang banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim maupun nonmuslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat dapat diperoleh dari penelitian perkembangan studi tersebut. Seperti halnya perkembangan, pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain dalam studi islam.
 Selama ini informasi mengenai sejarah perkembangan studi Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai, serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif. Sebenarnya proses pendidikan telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi.







B. Rumusan masalah
      1. Bagaimana perkembangan studi islam di indonesia?
      2. Bagaimana perkembangan studi islam di barat?
      3.Bagaimana sejarah awal studi islam?
      4. Bagaimana metode pembelajaran studi islam?
      5.  Bagaimana tujuan studi islam?

C. Tujuan masalah
       1.Mengetahui perkembangan studi islam di indonesia
       2.Mengetahui perkembangan studi islam di barat
       3.Mengetahui sejarah awal studi islam
       4.Mengetahui metode pembelajaran studi islam
       5.Mengetahui tujuan studi islam


BAB II
PEMBAHASAN

A.      PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA
          Mengamati perkembangan studi agama di indonesia, terutama lima tahun terakhir.Berbagai jurnal, banyak di antaranya dari semula memang bukan di terbitkan secara khusus untuk “studi agama” ikut memuat dan mengangkat isu-isu keagamaan.Jika diamati secara seksama, baik dengan atau tanpa melihat kualitas tulisan yang termuat dalam berbagai penerbitan kumpulan makalah atau maupun yang termuat dalam berbagai jurnal, hampir dapat di simpulkan bahwa tulisan-tulisan tersebut muncul dari anggota masyarakat yang tidak sepenuhnya terlibat dalam berbagai aktivitas “organisasi” kelembagaan agama yang ada di tanah air.Ada satu atau dua pengecualian, sudah barang tentu. Namun, pada umumnya, para penyumbang tulisan tersebut muncul dari kalangan peneliti dan pemerhati masalah-masalah sosial dan keagamaan. Fenomena ini sangat positif, setidaknya untuk mengimbagi alur pemikiran keagamaan yang sering kali menonjolkan warna pemikiran keagamaan yang bersifat teologis-partikularistik.
Jika salah satu target yang ingin di capai dari peringatan 100 Tahun parlemen agama-agama sedunia di indonesia adalah untuk mencetuskan sebuah deklarasi pembentukan “Tim Kerukunan Hidup Umat Beragama” sebagai wadah kerja sama keilmuan dan bidang keagamaan, maka hal demikian diharapkan, pada gilirannya, akan meningkatkan kualitas diskursus keilmuan dalam bidang keagamaan yang selama ini sudah berjalan. Masyarakat indonesia yang pluralistik dalam bidang keagamaannya sangat menuinggu-nunggu hasil kajian-kajian keilmuan dan penelitian-penelitian dalam bidang agama serta pemikiran-pemikiran keagamaan yang bersifat positif-konstruktifuntuk menopang keterlibatan bersama seluruh pengikut agama-agama di tanah air dalam membina dan memupuk Kerukunan Hidup antara Umat Beragama.
Seiring dengan pemekaran wilayah pemahaman dan penghayatan keagamaan, yang antara lain di sebabkan oleh transparannya sekat-sekat budaya sebagai akibat luapan arus informasi dalam era ilmu dan teknologi,masyarakat indonesia pada khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya, membutuhkan masukan-masukan dari kajian-kajian keagamaan yang segar dan tidak lagi meluju bersifat “teologis-normatif” tetapi juga menginginkan masukan-masukan dari kajian-kajian keagamaan yang bersifat historis-kritis.
Untuk itu, dalam tulisan ini, penulis hanya akan menegaskan perlunya pendekatan agama yang berwajah ganda dalam studi agama di indonesia, yakni pendekatan yang bersifat teologis-normalis dan sekaligus pendekatan yang bersifat histori-kritis. Kedua pendekatan itu tidak terpisah antara satu dengan yang lainnya, melainkan menyatu dalam satu kesatuan yang utuh, ibarat sekeping mata uang logam dimana antara kedua permukaannya menyatu dalam satu kesatuan yang kokoh.Bahwasanya antara kedua jenis pendekatan tersebut – seperti yang akan di uraikan di bawah sering kali terjadi ketegangan tersebut di harapkan bersifat kreatif (creative tension). Ketegangan kreatif selamanya akan mewarnai masyarakat beragam yang bersifat pluralistik seperti di tanah air.

B.  STUDI ISLAM DI NEGARA BARAT
Kajian tentang keislaman di barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para sarjana baratmulai tertarik mempelajari dunia timur, khususnya dunia islam. Memang, pada mulanya, kajian islam di barat di pelopori oleh para ahli  ketimuran (orientalis). Bahkan, kalau di tarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan barat-islam di mulai sejak abad ke-13, ketika sebuah universitas di perancis secara gencar mempelajari karya-karya sarjana islam. Universitas yang menjadi cikal-bakal Universitas paris-Sarbonne ini, secara intensif mengkaji karya-karya para filosop muslim, seperti Ibn Sina, Al-Farabi, dan Ibn Rusyd. Bahkan, pemikiran-pemikiran Ibn Rusyd sangat digandrungi, sehingga mereka membentuk sebuah kelompok studi yang di sebut sebagai “Averoisme”.
Tentu saja, kajian islam pada waktu itu berbeda dengan kajian keislaman pada masa modern. Dulu, kajian-kajian keislaman di barat lebih fokus, terutama,pada bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Karena itu, yang di pelajari oleh akademi barat pada awal-awal renaissance adalah karya-karya para filosof dan saintis muslim.Karya Ibn Sina, Al-Qanunn Fi Al-Tibb, misalnya, menjadi rujukan paling penting ilmu kedokteran di Eropa selama lebih dari tiga abad. Begitu juga buku penting Ibn Rusyd, Fasl Al-Maqal, menjadi rujukan kaum tercerahkan di Eropa, untuk menghadapi dominasi Gereja.
Perbedaan mendasar tradisi kajian islam di dunia Timur (islam)dan di barat terletak pada pendekatan yang di gunakan. Di timur, pendekatan lebih berorientasi materi dan penguasaan atas khazanah keislaman klasik. Adapun islamic studies di barat, kajianya lebih beriorientasi pada islami sebagai realitas atay fenomina sosial, yakni islam yang telah menyejarah, meruang dan mewaktu. Islam dikaji dan di pelajari hanyalah sebatas islam sebagai ilmu pengetahuan.
Pada era modern ini, kita mendapati dunia akademi barat lebih terbuka pada cabang-cabang ilmu keislaman yang lain. Tidak hanya Filsafat dan Sains, tetapi juga cabang-cabang ilmu keislaman, seperti Al-Qur’an, hadis, fiqh, dan sejarah islam. Berkembangnya kajian-kajian terhadap ilmu-ilmu ini, merupakan respons dari semakin meningkatnya kajian arkeologis,antropologis, historis, dan sosiologis di Eropa. Dunia islam, pada abad ke-19 menjadi salah satu “situs arkeologis” yang paling eksotis untuk di kaji.
Bagi penulis, maraknya kajian islam di barat, di satu sisi, menjadi kekayaan khazanah Islam di dekati secara ilmiah dan kritis. Yang lebih penting serta menguntungkan bagi akademis islam adalah munculnya perspektif yang berbeda ketika melihat khazanah keilmuan Islam. Kajian-kajian tentang Al-Qur’an, hadis, Fiqh, dan lainnya yang selama ini ---oleh kalangan muslim--- di posisikan sebagai serpihan turats yang di muliakan, --- oleh ilmuan barat --- dikaji secara kritis dan di tinjau dari aspek-aspek humanis yang membentuknya. Hal ini tentu sangat berguna bagi dinamika khazanah keislaman.
Studi tentang keislaman di barat (yang di lakukan para orientalis) berangkat dari paradigma berpikir bahwa islam adalah agama yang bisa di teliti dari sudut mana saja dan dengan kebebasan sedemikian rupa. Tidak mengherankan kalau mereka begitu bebasnya menilai, mengkritik bahkan melucuti ajaran-ajaran islam yang bagi kaum muslim tabu untuk di permasalahkan.
Studi yang mereka lakukan meliputi seluruh aspek ajaran islam, seperti sejarah, hukum, teologi, Al-Qur’an, hadis, tasawuf, bahasa, politik, kebudayaan dan pemikiran. Di antara mereka, ada yang mengkaji Islam meliputi seluruh aspek tadi, ada juga yang hanya meneliti satu aspek saja. Philiph K. Hitti, HAR Gibb, dan montgomery Watt banyak memfokuskan pengkajian pada aspek sejarah islam. Sementara Joseph Schacht memfokuskan pada kajian hukum islam, David Power memfokuskan pada kajian Al-Qur’an, dan A.J Arberry memfokuskan pada aspek tasawuf.
Sebagai contoh, David Power pernah meneliti sedalam-dalamnya ayat-ayat Al-Qur’an sehingga memunculkan sehingga memunculkan kesimpulan Al-Qur’an tidak sempurna, antara lain karena tidak adil membagi waris antara laki-laki dan perempuan. Joseph Schact pernah meneliti hadis sedemikian rupa sehingga pembaca bisa tergiring pada kesimpulan bahwa hadis tidak layak menjadi sumber hukum islam.

C.  SEJARAH AWAL STUDI ISLAM
Perkembangang Islam Klasik ditandai dengan perluasan wilayah. KeTika tinggal di Makkah, Nabi SAW dan para pengikutnya mendapat tekanan dari kalangan Quraisy yang tidak setuju terhadap ajaran yang dibawa beliau. Kemudian Nabi mengirim sejumlah pengikutnya ke Abesinia yang beragama Kristen Koptis untuk mendapatkan suaka.
Pada tahun 620  M, Nabi Muhammad SAW membuat persetujuan dengan sejumlah penduduk di Yastrib yang membuat Beliau dan penduduknya diterima di kalangan mereka. Setelah itu Yastrib disebut Madinah. Saat kedudukan Islam di Madinah menjadi kuat, umat Islam menentukan langkah selanjutnya yaitu menaklukkan Mekkah.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, kemudian digantikan oleh seorang khalifah. Namun akhir kekuasaan al-khulafa al-rasyidin ditandai dengan perpecahan umat Islam menjadi dua kubu besar: pendukung Ali bin Abi Thalib dan pendukung Mu’awiyyah bin Abi Sufyan.
Kekuasaan Bani Umayyah dimulai setelah khalifah keempat Ali bin Abi Thalib meninggal dunia. Akhir kekuasaan Bani Umayyah adanya pemberontakan yang dimotori oleh Abu Abbas dari Bani Abbas yang bekerja sama dengan Abu Muslim Al Khurasani dari Syi’ah. Sebagai usaha mempertahankan Dinasti yang berada di tangannya, Al Manshur memindahkan ibukota negara dari Damaskus ke Bagdad. Jasa besar Dinasti Bani Abbas adalah dalam bidang Ilmu Pengetahuan.
Islam zaman pertengahan dapat dibagi menjadi dua: zaman kemunduran dan zaman tiga kerajaan besar. Zaman kemunduran berlangsung sekitar 250 tahun (1250-1500), dan zaman tiga kerajaan besar berlangsung selama 300 tahun (1500-1800).
Kemunduran umat Islam pada zaman pertengahan diawali dengan kehancuran Bagdad oleh Halagu Khan (cucu Jengis Khan). Kemudian tiga kerjaan besar yang dimaksud adalah kerajaan Utsmani di Turki (1290-1924), kerajaan Safawi di Persia (1501-1736), dan kerajaan Mughal di India (1526-1858). Akan tetapi kemajuan tiga kerajaan besar ini tidak bertahan lam karena adanya kerusakan internal dan serangan dari luar.
Periode modern disebut pula oleh Harun Nasution (I, 1985:88) sebagai zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Ide-ide baru yang diperkenalkan Napoleon di Mesir adalah a) sistem negara republik yang kepala negaranya diplih untuk jangka waktu panjang, b) persamaan derajat, c) kebangsaan (Nation). Raja dan pemuka Islam berpikir dan mencari jalan keluar untuk mengambilkan balance of power yang telah membahayakan umat Islam. Maka timbullah gerakan pembaharan yang dilakukan di berbagai negara.
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, dengan mempelajarinya akan mengetahui sebab-akibat kemajuan dan kemunduran Islam. Terutama mengkaji pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Selaku umat Islam, hendaknya kita mengetahui sejarah guna menumbuhkembangkan wawasan generasi sekarang juga akan datang tentang mutiara ibrah yang terkandung pada sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi dua periode, Makkah dan Madinah. intisari pendidikan Islam pada periode itu disandarkan pada Alquran dan sunnah. Rasul adalah guru, pelopor pendidikan Islam. Dari sana titik awal perkembangan pendidikan Islam dimulai.
 Kajian ini akan membahas pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Makkah dan Madinah, kurikulum, kebijakan dan cara penyampaian ilmu yang disampaikan oleh Rasul. Pendidikan Islam masa Rasul menekankan pemahaman dan penghafalan Alquran, keilmuan berkembang belum meluas seperti pada masa setelahnya, cara pengajaran masa ini sangat sederhana, yaitu dengan berhadap-tatap langsung antara pendidik dan peserta didik, sehingga pelajaran lebih cepat dipahami, langsung ke sanubari sahabat. Dan dapat dilihat betapa tangguh alumni madrasah rasulullah itu, mari bercermin padanya. Road to Mohammed, Mohammed School. Ilmu di masa Rasul dan khalifah adalah sesuatu yang sangat berharga.
Sedang ulama adalah pewaris para Nabi, seseorang tidak akan sanggup menjalankan tugas ilmiah kecuali bila ia berhias dengan akhlak yang tinggi, jiwanya bersih dari berbagai sifat tercela. Dengan jalan ilmu dan amal serta kerja yang baik, rohani mereka meningkat naik mendekati Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Pendidikan Islam mengutamakan segi kerohanian dan moral, maka segi pendidikan mental, jasmani, matematik, ilmu sosial dan jurusan-jurusan praktis tidak diabaikan begitu saja, dengan demikian pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang komprehensif. Pendidikan Islam sangat memperhatikan bidang keimanan, aqidah dan pencapaian ilmu karena zat ilmiah itu sendiri, dan pada masa Rasul karakteristik ini telah dimiliki terutama aspek ilmiah, kesusasteraan dan kebendaan, walau belum setinggi pencapaian kaum muslimin di masa kejayaannya.
D.METODE PEMBELAJARAN STUDI ISLAM
Dalam mempelajari islam di perukan sebuah metodoligi agar ilmu tersebut dapat tersistematisi dengan baik. Melihat pentingnya sebuah metodologi dalam memahami islam, banyak ahli yang mencoba untuk menjelaskan metodologi mempelajari islam tersebut. Salah satu ahli yang secara serius mengupas masalah metodologi adalah Ali Syari’ati. Ia mengatakan, ada berbagai metode untuk memahami islam. Pertama, mengenal Allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama-agama lain. Kedua, mempelajari kitab Al-Qur’an dan membandingkan dengan kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab yang di katakan samawi) lainnya. Ketiga , mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Keempat, mempelajari tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran pemikiran lain. Dari seluruh cara yang di tawarkan oleh Syari’ati ini, pada intinya, yang tepat adalah cara komparatif ini, kita dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan masing masing.
Dengan demikian dapat dipahami, Metodologi Studi Islam adalah prosedur yang ditempuh dalam mempelajari Islam dengan cepat, tepat dan menyeluruh, yakni dari berbagai aspeknya dan berbagai alirannya. Karenanya MSI mempunyai arti penting dalam menempuh prosedur studi Islam yang dapat mengubah pemahaman masyarakat Muslim Indonesia dari pemahaman semula yang sempit menjadi pemahaman yang luas. Dari sikap yang ekstrim menjadi sikap yang toleran, bijaksana. Sikap toleran tidak berarti akidahnya lemah. Posisi akidah seperti dikatakan Ahmad Tafsir (2008:63) dalam keseluruhan ajaran Islam sangat penting.
 Akidah adalah bagian dari ajaran Islam yang mengatur cara berkeyakinan. Pusatnya ialah keyakinan kepada Tuhan. Akidah merupakan fondasi ajaran Islam secara keseluruhan, di atas akidah itulah keseluruhan ajaran Islam berdiri dan didirikan. Karena kedudukan akidah demikian penting, maka akidah seseorang muslim harus kuat. Dengan kuat akidahnya akan kuat pula keislamannya secara keseluruhan. Untuk memperkuat akidah perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua hal: 1. Mengamalkan keseluruhan ajaran Islam sesuai kemampuan secara sungguh-sungguh. 2. Mempertajam dan memperluas pengertian tentang ajaran Islam. Jadi akidah dapat diperkuat dengan pengamalan, pengalaman dan pemahaman.

E.TUJUAN STUDI ISLAM
Studi Islam adalah sebuah usaha untuk mempelajari islam secara mendalam dan segala seluk-beluk yang berhubungan dengan agama Islam. Studi islam ini mempunyai tujuan yang jelas, sekaligus menunjukkan arah studi Islamtersebut. Dengan arah dan tujuan yang jelas itu, dengan sendirinya, studi islam merupakan usaha sadar dan tersusun secara sistematis.
Muhaimin dalam bukunya mengemukakan bahwa arah dan tujuan studi islam dapat di rumuskan sebagai berikut:

1.Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya (hakikat) agama islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dengan kehidupan budaya manusia.Sehubungan dengan hal ini, studi Islam di lakukan berdasarkanasumsi bahwa sebenarnya agama di turunkan Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia di muka bumi. Agama-agama yang mulanya tumbuh dan berkembang berdasarkan pengalaman dan penggunaan akal serta budidaya manusia,di arahkan oleh Islam menjadi agama monotheisme yang benar. Sementara itu, Allah telah menurunkan ajaran islam sejak fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan akal dan budi daya manusia tersebut.

Dalam era moderen ini studi islam menjadi sangat penting. Karena agama, termasuk islam memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. Studi islam sendiri diharapkan dapat  melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup bertoleran (tasamuh) dalam wacana pluralitas agama, sehingga tidak melahirkan muslim eksterm yang membalas kekerasan agama dengan kekerasan agama pula..

Secara detail arah dan tujuan studi islam sendiri dapat dirumuskan sebagai   berikut:

1.         Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya hakikat)agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
2.         Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran serta operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.
3.         Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya.
4.         Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nili-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
Studi ini berasumsi bahwa agama islam adalah agama fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran agama islam tentunya sesuai dengan fitrah manusia.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
          Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “perkembangan studi islam”  Bahwasalnya :
1.      Perkembangan studi islam di Indonesia yang telah dimulai sejak zaman kerajaan dari abad 13 M tersebut telah semakin berkembang dengan munculnya berbagai macam lembaga-  lembaga serta tokoh-tokoh pendidikan islam di Indoneisa.
2.      Kajian tentang keislaman di barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para sarjana baratmulai tertarik mempelajari dunia timur, khususnya dunia islam. Perbedaan mendasar tradisi kajian islam di dunia Timur (islam)dan di barat terletak pada pendekatan yang di gunakan.
3.      Ekspedisi Napoleon di SMesir memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Ide-ide baru yang diperkenalkan Napoleon di Mesir adalah a) sistem negara republik yang kepala negaranya diplih untuk jangka waktu panjang, b) persamaan derajat, c) kebangsaan (Nation). Raja dan pemuka Islam berpikir dan mencari jalan keluar untuk mengambilkan balance of power yang telah membahayakan umat Islam. Maka timbullah gerakan pembaharan yang dilakukan di berbagai negara. . Rasul adalah guru, pelopor pendidikan Islam. Dari sana titik awal perkembangan pendidikan Islam dimulai.
4.      .Metode Pembelajaran islam Pertama, mengenal Allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama-agama lain. Kedua, mempelajari kitab Al-Qur’an dan membandingkan dengan kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab yang di katakan samawi) lainnya. Ketiga , mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Keempat, mempelajari tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran pemikiran lain.
5.      Metode pembelajaran islam adalah agama yang di turunkan Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia di muka bumi.
B.     Saran
       
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
 Daftar pustaka
Dr. M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta, PustakaPelajar, 1996) Cet.V
Mircea Aliade, Metodologi Studi Agama, (Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 2000)
Anwar, Rosihon, Prof.Dr.M.Ag., Pengantar Studi Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2009) Cet.I
Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ) cet.9
Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, (Bandung: Penerbit Angkasa,2005)

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA AWAL PERMULAAN ISLAM SAMPAI DENGAN KHULAFAURRASYIDIN

                                                                                     BAB I                                            ...