DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB
I : PENDAHULUAN.................................................................................
A. Kata pengantar.................................................................................
B. Latar
belakang................................................................................
C. Rumusan
makalah.............................................................................
D. Tujuan makalah................................................................................
BAB
II : PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Perkembangan studi islam di
indonesia...............................................
B. Perkembangan studi islam di
barat.....................................................
C. Sejarah awal studi islam....................................................................
D. Metode pembelajaran studi islam.......................................................
E. Tujuan studi
islam............................................................................
BAB
III : PENUTUP......................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmatNYA sehingga makalah
ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaa
makalah ini.
Bangkalan, 01 September 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berdasarkan
sejarah perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim dari masa keemasan
ada banyak sekali kisah atau hal yang dapat dipelajari, bahkan
pendekatan-pendekatan dan
metode-metodenya bisa juga diterapkan dalam era modern seperti di zaman
sekarang ini. Sejarah perkembangan studi Islam ini merupakan bidang studi yang
banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim
maupun nonmuslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat dapat
diperoleh dari penelitian perkembangan studi tersebut. Seperti halnya
perkembangan, pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain dalam studi islam.
Selama ini informasi mengenai sejarah
perkembangan studi Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat.
Hal ini terjadi karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang
tinggi, juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para
pemimpinnya. Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya
rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai,
serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif. Sebenarnya
proses pendidikan telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan
dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan studi islam di
indonesia?
2. Bagaimana perkembangan studi islam di
barat?
3.Bagaimana
sejarah awal studi islam?
4. Bagaimana metode pembelajaran studi
islam?
5.
Bagaimana tujuan studi islam?
C.
Tujuan masalah
1.Mengetahui perkembangan studi islam di
indonesia
2.Mengetahui
perkembangan studi islam di barat
3.Mengetahui sejarah awal studi islam
4.Mengetahui metode pembelajaran studi islam
5.Mengetahui tujuan studi islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA
Mengamati
perkembangan studi agama di indonesia, terutama lima tahun terakhir.Berbagai
jurnal, banyak di antaranya dari semula memang bukan di terbitkan secara khusus
untuk “studi agama” ikut memuat dan mengangkat isu-isu keagamaan.Jika diamati
secara seksama, baik dengan atau tanpa melihat kualitas tulisan yang termuat
dalam berbagai penerbitan kumpulan makalah atau maupun yang termuat dalam
berbagai jurnal, hampir dapat di simpulkan bahwa tulisan-tulisan tersebut
muncul dari anggota masyarakat yang tidak sepenuhnya terlibat dalam berbagai
aktivitas “organisasi” kelembagaan agama yang ada di tanah air.Ada satu atau
dua pengecualian, sudah barang tentu. Namun, pada umumnya, para penyumbang
tulisan tersebut muncul dari kalangan peneliti dan pemerhati masalah-masalah
sosial dan keagamaan. Fenomena ini sangat positif, setidaknya untuk mengimbagi
alur pemikiran keagamaan yang sering kali menonjolkan warna pemikiran keagamaan
yang bersifat teologis-partikularistik.
Jika
salah satu target yang ingin di capai dari peringatan 100 Tahun parlemen
agama-agama sedunia di indonesia adalah untuk mencetuskan sebuah deklarasi
pembentukan “Tim Kerukunan Hidup Umat Beragama” sebagai wadah kerja sama
keilmuan dan bidang keagamaan, maka hal demikian diharapkan, pada gilirannya,
akan meningkatkan kualitas diskursus keilmuan dalam bidang keagamaan yang
selama ini sudah berjalan. Masyarakat indonesia yang pluralistik dalam bidang
keagamaannya sangat menuinggu-nunggu hasil kajian-kajian keilmuan dan
penelitian-penelitian dalam bidang agama serta pemikiran-pemikiran keagamaan
yang bersifat positif-konstruktifuntuk menopang keterlibatan bersama seluruh
pengikut agama-agama di tanah air dalam membina dan memupuk Kerukunan Hidup
antara Umat Beragama.
Seiring
dengan pemekaran wilayah pemahaman dan penghayatan keagamaan, yang antara lain
di sebabkan oleh transparannya sekat-sekat budaya sebagai akibat luapan arus
informasi dalam era ilmu dan teknologi,masyarakat indonesia pada khususnya dan
masyarakat dunia pada umumnya, membutuhkan masukan-masukan dari kajian-kajian
keagamaan yang segar dan tidak lagi meluju bersifat “teologis-normatif” tetapi
juga menginginkan masukan-masukan dari kajian-kajian keagamaan yang bersifat
historis-kritis.
Untuk itu, dalam
tulisan ini, penulis hanya akan menegaskan perlunya pendekatan agama yang
berwajah ganda dalam studi agama di indonesia, yakni pendekatan yang bersifat
teologis-normalis dan sekaligus pendekatan yang bersifat histori-kritis. Kedua
pendekatan itu tidak terpisah antara satu dengan yang lainnya, melainkan
menyatu dalam satu kesatuan yang utuh, ibarat sekeping mata uang logam dimana
antara kedua permukaannya menyatu dalam satu kesatuan yang kokoh.Bahwasanya
antara kedua jenis pendekatan tersebut – seperti yang akan di uraikan di bawah
sering kali terjadi ketegangan tersebut di harapkan bersifat kreatif (creative
tension). Ketegangan kreatif selamanya akan mewarnai masyarakat beragam
yang bersifat pluralistik seperti di tanah air.
B. STUDI ISLAM DI NEGARA BARAT
Kajian tentang
keislaman di barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para sarjana
baratmulai tertarik mempelajari dunia timur, khususnya dunia islam. Memang,
pada mulanya, kajian islam di barat di pelopori oleh para ahli ketimuran (orientalis). Bahkan, kalau di
tarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan barat-islam di mulai
sejak abad ke-13, ketika sebuah universitas di perancis secara gencar
mempelajari karya-karya sarjana islam. Universitas yang menjadi cikal-bakal
Universitas paris-Sarbonne ini, secara intensif mengkaji karya-karya para
filosop muslim, seperti Ibn Sina, Al-Farabi, dan Ibn Rusyd. Bahkan,
pemikiran-pemikiran Ibn Rusyd sangat digandrungi, sehingga mereka membentuk
sebuah kelompok studi yang di sebut sebagai “Averoisme”.
Tentu saja,
kajian islam pada waktu itu berbeda dengan kajian keislaman pada masa modern.
Dulu, kajian-kajian keislaman di barat lebih fokus, terutama,pada bidang
filsafat dan ilmu pengetahuan. Karena itu, yang di pelajari oleh akademi barat
pada awal-awal renaissance adalah karya-karya para filosof dan saintis
muslim.Karya Ibn Sina, Al-Qanunn Fi Al-Tibb, misalnya, menjadi rujukan paling
penting ilmu kedokteran di Eropa selama lebih dari tiga abad. Begitu juga buku
penting Ibn Rusyd, Fasl Al-Maqal, menjadi rujukan kaum tercerahkan di Eropa,
untuk menghadapi dominasi Gereja.
Perbedaan
mendasar tradisi kajian islam di dunia Timur (islam)dan di barat terletak pada
pendekatan yang di gunakan. Di timur, pendekatan lebih berorientasi materi dan
penguasaan atas khazanah keislaman klasik. Adapun islamic studies di barat,
kajianya lebih beriorientasi pada islami sebagai realitas atay fenomina sosial,
yakni islam yang telah menyejarah, meruang dan mewaktu. Islam dikaji dan di
pelajari hanyalah sebatas islam sebagai ilmu pengetahuan.
Pada era modern
ini, kita mendapati dunia akademi barat lebih terbuka pada cabang-cabang ilmu
keislaman yang lain. Tidak hanya Filsafat dan Sains, tetapi juga cabang-cabang
ilmu keislaman, seperti Al-Qur’an, hadis, fiqh, dan sejarah islam. Berkembangnya
kajian-kajian terhadap ilmu-ilmu ini, merupakan respons dari semakin
meningkatnya kajian arkeologis,antropologis, historis, dan sosiologis di Eropa.
Dunia islam, pada abad ke-19 menjadi salah satu “situs arkeologis” yang paling
eksotis untuk di kaji.
Bagi penulis,
maraknya kajian islam di barat, di satu sisi, menjadi kekayaan khazanah Islam
di dekati secara ilmiah dan kritis. Yang lebih penting serta menguntungkan bagi
akademis islam adalah munculnya perspektif yang berbeda ketika melihat khazanah
keilmuan Islam. Kajian-kajian tentang Al-Qur’an, hadis, Fiqh, dan lainnya yang
selama ini ---oleh kalangan muslim--- di posisikan sebagai serpihan turats
yang di muliakan, --- oleh ilmuan barat --- dikaji secara kritis dan di tinjau
dari aspek-aspek humanis yang membentuknya. Hal ini tentu sangat berguna bagi
dinamika khazanah keislaman.
Studi tentang
keislaman di barat (yang di lakukan para orientalis) berangkat dari paradigma
berpikir bahwa islam adalah agama yang bisa di teliti dari sudut mana saja dan
dengan kebebasan sedemikian rupa. Tidak mengherankan kalau mereka begitu
bebasnya menilai, mengkritik bahkan melucuti ajaran-ajaran islam yang bagi kaum
muslim tabu untuk di permasalahkan.
Studi yang
mereka lakukan meliputi seluruh aspek ajaran islam, seperti sejarah, hukum,
teologi, Al-Qur’an, hadis, tasawuf, bahasa, politik, kebudayaan dan pemikiran.
Di antara mereka, ada yang mengkaji Islam meliputi seluruh aspek tadi, ada juga
yang hanya meneliti satu aspek saja. Philiph K. Hitti, HAR Gibb, dan montgomery
Watt banyak memfokuskan pengkajian pada aspek sejarah islam. Sementara Joseph
Schacht memfokuskan pada kajian hukum islam, David Power memfokuskan pada
kajian Al-Qur’an, dan A.J Arberry memfokuskan pada aspek tasawuf.
Sebagai contoh,
David Power pernah meneliti sedalam-dalamnya ayat-ayat Al-Qur’an sehingga
memunculkan sehingga memunculkan kesimpulan Al-Qur’an tidak sempurna, antara
lain karena tidak adil membagi waris antara laki-laki dan perempuan. Joseph
Schact pernah meneliti hadis sedemikian rupa sehingga pembaca bisa tergiring
pada kesimpulan bahwa hadis tidak layak menjadi sumber hukum islam.
C. SEJARAH AWAL STUDI ISLAM
Perkembangang
Islam Klasik ditandai dengan perluasan wilayah. KeTika tinggal di Makkah, Nabi
SAW dan para pengikutnya mendapat tekanan dari kalangan Quraisy yang tidak
setuju terhadap ajaran yang dibawa beliau. Kemudian Nabi mengirim sejumlah
pengikutnya ke Abesinia yang beragama Kristen Koptis untuk mendapatkan suaka.
Pada tahun
620 M, Nabi Muhammad SAW membuat persetujuan dengan sejumlah
penduduk di Yastrib yang membuat Beliau dan penduduknya diterima di kalangan
mereka. Setelah itu Yastrib disebut Madinah. Saat kedudukan Islam di Madinah
menjadi kuat, umat Islam menentukan langkah selanjutnya yaitu menaklukkan
Mekkah.
Setelah
Nabi Muhammad SAW wafat, kemudian digantikan oleh seorang khalifah. Namun akhir
kekuasaan al-khulafa al-rasyidin ditandai dengan perpecahan umat Islam menjadi
dua kubu besar: pendukung Ali bin Abi Thalib dan pendukung Mu’awiyyah bin Abi
Sufyan.
Kekuasaan
Bani Umayyah dimulai setelah khalifah keempat Ali bin Abi Thalib meninggal
dunia. Akhir kekuasaan Bani Umayyah adanya pemberontakan yang dimotori oleh Abu
Abbas dari Bani Abbas yang bekerja sama dengan Abu Muslim Al Khurasani dari
Syi’ah. Sebagai usaha mempertahankan Dinasti yang berada di tangannya, Al
Manshur memindahkan ibukota negara dari Damaskus ke Bagdad. Jasa besar Dinasti
Bani Abbas adalah dalam bidang Ilmu Pengetahuan.
Islam
zaman pertengahan dapat dibagi menjadi dua: zaman kemunduran dan zaman tiga
kerajaan besar. Zaman kemunduran berlangsung sekitar 250 tahun
(1250-1500), dan zaman tiga kerajaan besar berlangsung selama 300 tahun
(1500-1800).
Kemunduran
umat Islam pada zaman pertengahan diawali dengan kehancuran Bagdad oleh Halagu
Khan (cucu Jengis Khan). Kemudian tiga kerjaan besar yang dimaksud adalah
kerajaan Utsmani di Turki (1290-1924), kerajaan Safawi di Persia (1501-1736),
dan kerajaan Mughal di India (1526-1858). Akan tetapi kemajuan tiga kerajaan
besar ini tidak bertahan lam karena adanya kerusakan internal dan serangan dari
luar.
Periode
modern disebut pula oleh Harun Nasution (I, 1985:88) sebagai zaman kebangkitan
Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan
membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Ide-ide baru yang diperkenalkan
Napoleon di Mesir adalah a) sistem negara republik yang kepala negaranya diplih
untuk jangka waktu panjang, b) persamaan derajat, c) kebangsaan (Nation). Raja
dan pemuka Islam berpikir dan mencari jalan keluar untuk mengambilkan balance
of power yang telah membahayakan umat Islam. Maka timbullah gerakan pembaharan
yang dilakukan di berbagai negara.
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, dengan mempelajarinya
akan mengetahui sebab-akibat kemajuan dan kemunduran Islam. Terutama mengkaji
pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Selaku umat Islam, hendaknya
kita mengetahui sejarah guna menumbuhkembangkan wawasan generasi sekarang juga
akan datang tentang mutiara ibrah yang terkandung pada sejarah tersebut.
Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi dua periode,
Makkah dan Madinah. intisari pendidikan Islam pada periode itu disandarkan pada
Alquran dan sunnah. Rasul adalah guru, pelopor pendidikan Islam. Dari sana
titik awal perkembangan pendidikan Islam dimulai.
Kajian ini akan membahas
pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Makkah dan Madinah, kurikulum,
kebijakan dan cara penyampaian ilmu yang disampaikan oleh Rasul. Pendidikan
Islam masa Rasul menekankan pemahaman dan penghafalan Alquran, keilmuan
berkembang belum meluas seperti pada masa setelahnya, cara pengajaran masa ini
sangat sederhana, yaitu dengan berhadap-tatap langsung antara pendidik dan
peserta didik, sehingga pelajaran lebih cepat dipahami, langsung ke sanubari
sahabat. Dan dapat dilihat betapa tangguh alumni madrasah rasulullah itu, mari
bercermin padanya. Road to Mohammed, Mohammed School. Ilmu di masa Rasul dan
khalifah adalah sesuatu yang sangat berharga.
Sedang ulama adalah pewaris para Nabi, seseorang tidak akan sanggup
menjalankan tugas ilmiah kecuali bila ia berhias dengan akhlak yang tinggi,
jiwanya bersih dari berbagai sifat tercela. Dengan jalan ilmu dan amal serta
kerja yang baik, rohani mereka meningkat naik mendekati Maha Pencipta yaitu
Allah SWT. Pendidikan Islam mengutamakan segi kerohanian dan moral, maka segi
pendidikan mental, jasmani, matematik, ilmu sosial dan jurusan-jurusan praktis
tidak diabaikan begitu saja, dengan demikian pendidikan tersebut merupakan
pendidikan yang komprehensif. Pendidikan Islam sangat memperhatikan bidang
keimanan, aqidah dan pencapaian ilmu karena zat ilmiah itu sendiri, dan pada
masa Rasul karakteristik ini telah dimiliki terutama aspek ilmiah,
kesusasteraan dan kebendaan, walau belum setinggi pencapaian kaum muslimin di
masa kejayaannya.
D.METODE PEMBELAJARAN STUDI ISLAM
Dalam mempelajari islam di perukan sebuah metodoligi agar
ilmu tersebut dapat tersistematisi dengan baik. Melihat pentingnya sebuah
metodologi dalam memahami islam, banyak ahli yang mencoba untuk menjelaskan
metodologi mempelajari islam tersebut. Salah satu ahli yang secara serius
mengupas masalah metodologi adalah Ali Syari’ati. Ia mengatakan, ada berbagai
metode untuk memahami islam. Pertama, mengenal
Allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama-agama lain. Kedua, mempelajari kitab Al-Qur’an dan
membandingkan dengan kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab yang di katakan
samawi) lainnya. Ketiga , mempelajari
kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar
pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Keempat, mempelajari tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran
pemikiran lain. Dari seluruh cara yang di tawarkan oleh Syari’ati ini, pada
intinya, yang tepat adalah cara komparatif ini, kita dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan masing masing.
Dengan demikian
dapat dipahami, Metodologi Studi Islam adalah prosedur yang ditempuh dalam
mempelajari Islam dengan cepat, tepat dan menyeluruh, yakni dari berbagai
aspeknya dan berbagai alirannya. Karenanya MSI mempunyai arti penting dalam
menempuh prosedur studi Islam yang dapat mengubah pemahaman masyarakat Muslim
Indonesia dari pemahaman semula yang sempit menjadi pemahaman yang luas. Dari
sikap yang ekstrim menjadi sikap yang toleran, bijaksana. Sikap toleran tidak
berarti akidahnya lemah. Posisi akidah seperti dikatakan Ahmad Tafsir (2008:63)
dalam keseluruhan ajaran Islam sangat penting.
Akidah adalah bagian dari ajaran Islam yang
mengatur cara berkeyakinan. Pusatnya ialah keyakinan kepada Tuhan. Akidah
merupakan fondasi ajaran Islam secara keseluruhan, di atas akidah itulah
keseluruhan ajaran Islam berdiri dan didirikan. Karena kedudukan akidah
demikian penting, maka akidah seseorang muslim harus kuat. Dengan kuat
akidahnya akan kuat pula keislamannya secara keseluruhan. Untuk memperkuat
akidah perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua hal: 1. Mengamalkan keseluruhan
ajaran Islam sesuai kemampuan secara sungguh-sungguh. 2. Mempertajam dan
memperluas pengertian tentang ajaran Islam. Jadi akidah dapat diperkuat dengan
pengamalan, pengalaman dan pemahaman.
E.TUJUAN
STUDI ISLAM
Studi Islam
adalah sebuah usaha untuk mempelajari islam secara mendalam dan segala
seluk-beluk yang berhubungan dengan agama Islam. Studi islam ini mempunyai
tujuan yang jelas, sekaligus menunjukkan arah studi Islamtersebut. Dengan arah
dan tujuan yang jelas itu, dengan sendirinya, studi islam merupakan usaha sadar
dan tersusun secara sistematis.
Muhaimin dalam
bukunya mengemukakan bahwa arah dan tujuan studi islam dapat di rumuskan
sebagai berikut:
1.Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya
(hakikat) agama islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan
agama-agama lain dengan kehidupan budaya manusia.Sehubungan dengan hal ini,
studi Islam di lakukan berdasarkanasumsi bahwa sebenarnya agama di turunkan
Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan
dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia di muka bumi. Agama-agama
yang mulanya tumbuh dan berkembang berdasarkan pengalaman dan penggunaan akal
serta budidaya manusia,di arahkan oleh Islam menjadi agama monotheisme yang
benar. Sementara itu, Allah telah menurunkan ajaran islam sejak fase awal dari pertumbuhan
dan perkembangan akal dan budi daya manusia tersebut.
Dalam era moderen ini studi islam menjadi sangat penting.
Karena agama, termasuk islam memerankan sejumlah peran dan fungsi di
masyarakat. Studi islam sendiri diharapkan dapat melahirkan suatu masyarakat
yang siap hidup bertoleran (tasamuh) dalam wacana pluralitas agama, sehingga
tidak melahirkan muslim eksterm yang membalas kekerasan agama dengan kekerasan
agama pula..
Secara detail arah dan tujuan studi islam sendiri dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya hakikat)agama
Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam
kehidupan budaya manusia.
2.
Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang
asli, dan bagaimana penjabaran serta operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan
perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.
3.
Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang
tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya.
4.
Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nili-nilai dasar
ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan
serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern
ini.
Studi ini
berasumsi bahwa agama islam adalah agama fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran
agama islam tentunya sesuai dengan fitrah manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di
atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “perkembangan
studi islam” Bahwasalnya :
1.
Perkembangan studi islam di Indonesia yang telah
dimulai sejak zaman kerajaan dari abad 13 M tersebut telah semakin
berkembang dengan munculnya berbagai macam lembaga- lembaga serta tokoh-tokoh pendidikan islam di
Indoneisa.
2.
Kajian
tentang keislaman di barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para
sarjana baratmulai tertarik mempelajari dunia timur, khususnya dunia islam.
Perbedaan mendasar tradisi kajian islam di dunia Timur (islam)dan di barat
terletak pada pendekatan yang di gunakan.
3.
Ekspedisi Napoleon di SMesir memperkenalkan
ilmu pengetahuan dengan membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Ide-ide
baru yang diperkenalkan Napoleon di Mesir adalah a) sistem negara republik yang
kepala negaranya diplih untuk jangka waktu panjang, b) persamaan derajat, c)
kebangsaan (Nation). Raja dan pemuka Islam berpikir dan mencari jalan keluar
untuk mengambilkan balance of power yang telah membahayakan umat Islam. Maka
timbullah gerakan pembaharan yang dilakukan di berbagai negara. . Rasul adalah
guru, pelopor pendidikan Islam. Dari sana titik awal perkembangan pendidikan
Islam dimulai.
4.
.Metode Pembelajaran islam Pertama, mengenal Allah dan membandingkannya dengan sesembahan
agama-agama lain. Kedua, mempelajari
kitab Al-Qur’an dan membandingkan dengan kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab
yang di katakan samawi) lainnya. Ketiga ,
mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh
besar pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Keempat, mempelajari tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran
pemikiran lain.
5.
Metode
pembelajaran islam adalah agama yang di turunkan Allah adalah untuk membimbing
dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama
dan budaya umat manusia di muka bumi.
B.
Saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
–sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Daftar pustaka
Dr. M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta, PustakaPelajar, 1996)
Cet.V
Mircea Aliade, Metodologi Studi Agama, (Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 2000)
Anwar, Rosihon, Prof.Dr.M.Ag.,
Pengantar Studi Islam, (Bandung,
Pustaka Setia, 2009) Cet.I
Zuhairini,dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ) cet.9
Dr.Armai Arief, MA, Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, (Bandung:
Penerbit Angkasa,2005)”
DOSEN
PENGAMPU:
Holis,
S.H.,M.H.I
Disusun
Oleh:
Khoirudin
(170711100072)
Nur
Azizah (170711100057)
HUKUM
BISNIS SYARIAH
FAKULTAS
KEISLAMAN
UNIVERSITAS
TRUNOJOYO MADURA 2017
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB
I : PENDAHULUAN.................................................................................
A. Kata pengantar.................................................................................
B. Latar
belakang................................................................................
C. Rumusan
makalah.............................................................................
D. Tujuan makalah................................................................................
BAB
II : PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Perkembangan studi islam di
indonesia...............................................
B. Perkembangan studi islam di
barat.....................................................
C. Sejarah awal studi islam....................................................................
D. Metode pembelajaran studi islam.......................................................
E. Tujuan studi
islam............................................................................
BAB
III : PENUTUP......................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmatNYA sehingga makalah
ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaa
makalah ini.
Bangkalan, 01 September 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berdasarkan
sejarah perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim dari masa keemasan
ada banyak sekali kisah atau hal yang dapat dipelajari, bahkan
pendekatan-pendekatan dan
metode-metodenya bisa juga diterapkan dalam era modern seperti di zaman
sekarang ini. Sejarah perkembangan studi Islam ini merupakan bidang studi yang
banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim
maupun nonmuslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat dapat
diperoleh dari penelitian perkembangan studi tersebut. Seperti halnya
perkembangan, pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain dalam studi islam.
Selama ini informasi mengenai sejarah
perkembangan studi Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat.
Hal ini terjadi karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang
tinggi, juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para
pemimpinnya. Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya
rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai,
serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif. Sebenarnya
proses pendidikan telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan
dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan studi islam di
indonesia?
2. Bagaimana perkembangan studi islam di
barat?
3.Bagaimana
sejarah awal studi islam?
4. Bagaimana metode pembelajaran studi
islam?
5.
Bagaimana tujuan studi islam?
C.
Tujuan masalah
1.Mengetahui perkembangan studi islam di
indonesia
2.Mengetahui
perkembangan studi islam di barat
3.Mengetahui sejarah awal studi islam
4.Mengetahui metode pembelajaran studi islam
5.Mengetahui tujuan studi islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA
Mengamati
perkembangan studi agama di indonesia, terutama lima tahun terakhir.Berbagai
jurnal, banyak di antaranya dari semula memang bukan di terbitkan secara khusus
untuk “studi agama” ikut memuat dan mengangkat isu-isu keagamaan.Jika diamati
secara seksama, baik dengan atau tanpa melihat kualitas tulisan yang termuat
dalam berbagai penerbitan kumpulan makalah atau maupun yang termuat dalam
berbagai jurnal, hampir dapat di simpulkan bahwa tulisan-tulisan tersebut
muncul dari anggota masyarakat yang tidak sepenuhnya terlibat dalam berbagai
aktivitas “organisasi” kelembagaan agama yang ada di tanah air.Ada satu atau
dua pengecualian, sudah barang tentu. Namun, pada umumnya, para penyumbang
tulisan tersebut muncul dari kalangan peneliti dan pemerhati masalah-masalah
sosial dan keagamaan. Fenomena ini sangat positif, setidaknya untuk mengimbagi
alur pemikiran keagamaan yang sering kali menonjolkan warna pemikiran keagamaan
yang bersifat teologis-partikularistik.
Jika
salah satu target yang ingin di capai dari peringatan 100 Tahun parlemen
agama-agama sedunia di indonesia adalah untuk mencetuskan sebuah deklarasi
pembentukan “Tim Kerukunan Hidup Umat Beragama” sebagai wadah kerja sama
keilmuan dan bidang keagamaan, maka hal demikian diharapkan, pada gilirannya,
akan meningkatkan kualitas diskursus keilmuan dalam bidang keagamaan yang
selama ini sudah berjalan. Masyarakat indonesia yang pluralistik dalam bidang
keagamaannya sangat menuinggu-nunggu hasil kajian-kajian keilmuan dan
penelitian-penelitian dalam bidang agama serta pemikiran-pemikiran keagamaan
yang bersifat positif-konstruktifuntuk menopang keterlibatan bersama seluruh
pengikut agama-agama di tanah air dalam membina dan memupuk Kerukunan Hidup
antara Umat Beragama.
Seiring
dengan pemekaran wilayah pemahaman dan penghayatan keagamaan, yang antara lain
di sebabkan oleh transparannya sekat-sekat budaya sebagai akibat luapan arus
informasi dalam era ilmu dan teknologi,masyarakat indonesia pada khususnya dan
masyarakat dunia pada umumnya, membutuhkan masukan-masukan dari kajian-kajian
keagamaan yang segar dan tidak lagi meluju bersifat “teologis-normatif” tetapi
juga menginginkan masukan-masukan dari kajian-kajian keagamaan yang bersifat
historis-kritis.
Untuk itu, dalam
tulisan ini, penulis hanya akan menegaskan perlunya pendekatan agama yang
berwajah ganda dalam studi agama di indonesia, yakni pendekatan yang bersifat
teologis-normalis dan sekaligus pendekatan yang bersifat histori-kritis. Kedua
pendekatan itu tidak terpisah antara satu dengan yang lainnya, melainkan
menyatu dalam satu kesatuan yang utuh, ibarat sekeping mata uang logam dimana
antara kedua permukaannya menyatu dalam satu kesatuan yang kokoh.Bahwasanya
antara kedua jenis pendekatan tersebut – seperti yang akan di uraikan di bawah
sering kali terjadi ketegangan tersebut di harapkan bersifat kreatif (creative
tension). Ketegangan kreatif selamanya akan mewarnai masyarakat beragam
yang bersifat pluralistik seperti di tanah air.
B. STUDI ISLAM DI NEGARA BARAT
Kajian tentang
keislaman di barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para sarjana
baratmulai tertarik mempelajari dunia timur, khususnya dunia islam. Memang,
pada mulanya, kajian islam di barat di pelopori oleh para ahli ketimuran (orientalis). Bahkan, kalau di
tarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan barat-islam di mulai
sejak abad ke-13, ketika sebuah universitas di perancis secara gencar
mempelajari karya-karya sarjana islam. Universitas yang menjadi cikal-bakal
Universitas paris-Sarbonne ini, secara intensif mengkaji karya-karya para
filosop muslim, seperti Ibn Sina, Al-Farabi, dan Ibn Rusyd. Bahkan,
pemikiran-pemikiran Ibn Rusyd sangat digandrungi, sehingga mereka membentuk
sebuah kelompok studi yang di sebut sebagai “Averoisme”.
Tentu saja,
kajian islam pada waktu itu berbeda dengan kajian keislaman pada masa modern.
Dulu, kajian-kajian keislaman di barat lebih fokus, terutama,pada bidang
filsafat dan ilmu pengetahuan. Karena itu, yang di pelajari oleh akademi barat
pada awal-awal renaissance adalah karya-karya para filosof dan saintis
muslim.Karya Ibn Sina, Al-Qanunn Fi Al-Tibb, misalnya, menjadi rujukan paling
penting ilmu kedokteran di Eropa selama lebih dari tiga abad. Begitu juga buku
penting Ibn Rusyd, Fasl Al-Maqal, menjadi rujukan kaum tercerahkan di Eropa,
untuk menghadapi dominasi Gereja.
Perbedaan
mendasar tradisi kajian islam di dunia Timur (islam)dan di barat terletak pada
pendekatan yang di gunakan. Di timur, pendekatan lebih berorientasi materi dan
penguasaan atas khazanah keislaman klasik. Adapun islamic studies di barat,
kajianya lebih beriorientasi pada islami sebagai realitas atay fenomina sosial,
yakni islam yang telah menyejarah, meruang dan mewaktu. Islam dikaji dan di
pelajari hanyalah sebatas islam sebagai ilmu pengetahuan.
Pada era modern
ini, kita mendapati dunia akademi barat lebih terbuka pada cabang-cabang ilmu
keislaman yang lain. Tidak hanya Filsafat dan Sains, tetapi juga cabang-cabang
ilmu keislaman, seperti Al-Qur’an, hadis, fiqh, dan sejarah islam. Berkembangnya
kajian-kajian terhadap ilmu-ilmu ini, merupakan respons dari semakin
meningkatnya kajian arkeologis,antropologis, historis, dan sosiologis di Eropa.
Dunia islam, pada abad ke-19 menjadi salah satu “situs arkeologis” yang paling
eksotis untuk di kaji.
Bagi penulis,
maraknya kajian islam di barat, di satu sisi, menjadi kekayaan khazanah Islam
di dekati secara ilmiah dan kritis. Yang lebih penting serta menguntungkan bagi
akademis islam adalah munculnya perspektif yang berbeda ketika melihat khazanah
keilmuan Islam. Kajian-kajian tentang Al-Qur’an, hadis, Fiqh, dan lainnya yang
selama ini ---oleh kalangan muslim--- di posisikan sebagai serpihan turats
yang di muliakan, --- oleh ilmuan barat --- dikaji secara kritis dan di tinjau
dari aspek-aspek humanis yang membentuknya. Hal ini tentu sangat berguna bagi
dinamika khazanah keislaman.
Studi tentang
keislaman di barat (yang di lakukan para orientalis) berangkat dari paradigma
berpikir bahwa islam adalah agama yang bisa di teliti dari sudut mana saja dan
dengan kebebasan sedemikian rupa. Tidak mengherankan kalau mereka begitu
bebasnya menilai, mengkritik bahkan melucuti ajaran-ajaran islam yang bagi kaum
muslim tabu untuk di permasalahkan.
Studi yang
mereka lakukan meliputi seluruh aspek ajaran islam, seperti sejarah, hukum,
teologi, Al-Qur’an, hadis, tasawuf, bahasa, politik, kebudayaan dan pemikiran.
Di antara mereka, ada yang mengkaji Islam meliputi seluruh aspek tadi, ada juga
yang hanya meneliti satu aspek saja. Philiph K. Hitti, HAR Gibb, dan montgomery
Watt banyak memfokuskan pengkajian pada aspek sejarah islam. Sementara Joseph
Schacht memfokuskan pada kajian hukum islam, David Power memfokuskan pada
kajian Al-Qur’an, dan A.J Arberry memfokuskan pada aspek tasawuf.
Sebagai contoh,
David Power pernah meneliti sedalam-dalamnya ayat-ayat Al-Qur’an sehingga
memunculkan sehingga memunculkan kesimpulan Al-Qur’an tidak sempurna, antara
lain karena tidak adil membagi waris antara laki-laki dan perempuan. Joseph
Schact pernah meneliti hadis sedemikian rupa sehingga pembaca bisa tergiring
pada kesimpulan bahwa hadis tidak layak menjadi sumber hukum islam.
C. SEJARAH AWAL STUDI ISLAM
Perkembangang
Islam Klasik ditandai dengan perluasan wilayah. KeTika tinggal di Makkah, Nabi
SAW dan para pengikutnya mendapat tekanan dari kalangan Quraisy yang tidak
setuju terhadap ajaran yang dibawa beliau. Kemudian Nabi mengirim sejumlah
pengikutnya ke Abesinia yang beragama Kristen Koptis untuk mendapatkan suaka.
Pada tahun
620 M, Nabi Muhammad SAW membuat persetujuan dengan sejumlah
penduduk di Yastrib yang membuat Beliau dan penduduknya diterima di kalangan
mereka. Setelah itu Yastrib disebut Madinah. Saat kedudukan Islam di Madinah
menjadi kuat, umat Islam menentukan langkah selanjutnya yaitu menaklukkan
Mekkah.
Setelah
Nabi Muhammad SAW wafat, kemudian digantikan oleh seorang khalifah. Namun akhir
kekuasaan al-khulafa al-rasyidin ditandai dengan perpecahan umat Islam menjadi
dua kubu besar: pendukung Ali bin Abi Thalib dan pendukung Mu’awiyyah bin Abi
Sufyan.
Kekuasaan
Bani Umayyah dimulai setelah khalifah keempat Ali bin Abi Thalib meninggal
dunia. Akhir kekuasaan Bani Umayyah adanya pemberontakan yang dimotori oleh Abu
Abbas dari Bani Abbas yang bekerja sama dengan Abu Muslim Al Khurasani dari
Syi’ah. Sebagai usaha mempertahankan Dinasti yang berada di tangannya, Al
Manshur memindahkan ibukota negara dari Damaskus ke Bagdad. Jasa besar Dinasti
Bani Abbas adalah dalam bidang Ilmu Pengetahuan.
Islam
zaman pertengahan dapat dibagi menjadi dua: zaman kemunduran dan zaman tiga
kerajaan besar. Zaman kemunduran berlangsung sekitar 250 tahun
(1250-1500), dan zaman tiga kerajaan besar berlangsung selama 300 tahun
(1500-1800).
Kemunduran
umat Islam pada zaman pertengahan diawali dengan kehancuran Bagdad oleh Halagu
Khan (cucu Jengis Khan). Kemudian tiga kerjaan besar yang dimaksud adalah
kerajaan Utsmani di Turki (1290-1924), kerajaan Safawi di Persia (1501-1736),
dan kerajaan Mughal di India (1526-1858). Akan tetapi kemajuan tiga kerajaan
besar ini tidak bertahan lam karena adanya kerusakan internal dan serangan dari
luar.
Periode
modern disebut pula oleh Harun Nasution (I, 1985:88) sebagai zaman kebangkitan
Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan
membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Ide-ide baru yang diperkenalkan
Napoleon di Mesir adalah a) sistem negara republik yang kepala negaranya diplih
untuk jangka waktu panjang, b) persamaan derajat, c) kebangsaan (Nation). Raja
dan pemuka Islam berpikir dan mencari jalan keluar untuk mengambilkan balance
of power yang telah membahayakan umat Islam. Maka timbullah gerakan pembaharan
yang dilakukan di berbagai negara.
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, dengan mempelajarinya
akan mengetahui sebab-akibat kemajuan dan kemunduran Islam. Terutama mengkaji
pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Selaku umat Islam, hendaknya
kita mengetahui sejarah guna menumbuhkembangkan wawasan generasi sekarang juga
akan datang tentang mutiara ibrah yang terkandung pada sejarah tersebut.
Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi dua periode,
Makkah dan Madinah. intisari pendidikan Islam pada periode itu disandarkan pada
Alquran dan sunnah. Rasul adalah guru, pelopor pendidikan Islam. Dari sana
titik awal perkembangan pendidikan Islam dimulai.
Kajian ini akan membahas
pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Makkah dan Madinah, kurikulum,
kebijakan dan cara penyampaian ilmu yang disampaikan oleh Rasul. Pendidikan
Islam masa Rasul menekankan pemahaman dan penghafalan Alquran, keilmuan
berkembang belum meluas seperti pada masa setelahnya, cara pengajaran masa ini
sangat sederhana, yaitu dengan berhadap-tatap langsung antara pendidik dan
peserta didik, sehingga pelajaran lebih cepat dipahami, langsung ke sanubari
sahabat. Dan dapat dilihat betapa tangguh alumni madrasah rasulullah itu, mari
bercermin padanya. Road to Mohammed, Mohammed School. Ilmu di masa Rasul dan
khalifah adalah sesuatu yang sangat berharga.
Sedang ulama adalah pewaris para Nabi, seseorang tidak akan sanggup
menjalankan tugas ilmiah kecuali bila ia berhias dengan akhlak yang tinggi,
jiwanya bersih dari berbagai sifat tercela. Dengan jalan ilmu dan amal serta
kerja yang baik, rohani mereka meningkat naik mendekati Maha Pencipta yaitu
Allah SWT. Pendidikan Islam mengutamakan segi kerohanian dan moral, maka segi
pendidikan mental, jasmani, matematik, ilmu sosial dan jurusan-jurusan praktis
tidak diabaikan begitu saja, dengan demikian pendidikan tersebut merupakan
pendidikan yang komprehensif. Pendidikan Islam sangat memperhatikan bidang
keimanan, aqidah dan pencapaian ilmu karena zat ilmiah itu sendiri, dan pada
masa Rasul karakteristik ini telah dimiliki terutama aspek ilmiah,
kesusasteraan dan kebendaan, walau belum setinggi pencapaian kaum muslimin di
masa kejayaannya.
D.METODE PEMBELAJARAN STUDI ISLAM
Dalam mempelajari islam di perukan sebuah metodoligi agar
ilmu tersebut dapat tersistematisi dengan baik. Melihat pentingnya sebuah
metodologi dalam memahami islam, banyak ahli yang mencoba untuk menjelaskan
metodologi mempelajari islam tersebut. Salah satu ahli yang secara serius
mengupas masalah metodologi adalah Ali Syari’ati. Ia mengatakan, ada berbagai
metode untuk memahami islam. Pertama, mengenal
Allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama-agama lain. Kedua, mempelajari kitab Al-Qur’an dan
membandingkan dengan kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab yang di katakan
samawi) lainnya. Ketiga , mempelajari
kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar
pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Keempat, mempelajari tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran
pemikiran lain. Dari seluruh cara yang di tawarkan oleh Syari’ati ini, pada
intinya, yang tepat adalah cara komparatif ini, kita dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan masing masing.
Dengan demikian
dapat dipahami, Metodologi Studi Islam adalah prosedur yang ditempuh dalam
mempelajari Islam dengan cepat, tepat dan menyeluruh, yakni dari berbagai
aspeknya dan berbagai alirannya. Karenanya MSI mempunyai arti penting dalam
menempuh prosedur studi Islam yang dapat mengubah pemahaman masyarakat Muslim
Indonesia dari pemahaman semula yang sempit menjadi pemahaman yang luas. Dari
sikap yang ekstrim menjadi sikap yang toleran, bijaksana. Sikap toleran tidak
berarti akidahnya lemah. Posisi akidah seperti dikatakan Ahmad Tafsir (2008:63)
dalam keseluruhan ajaran Islam sangat penting.
Akidah adalah bagian dari ajaran Islam yang
mengatur cara berkeyakinan. Pusatnya ialah keyakinan kepada Tuhan. Akidah
merupakan fondasi ajaran Islam secara keseluruhan, di atas akidah itulah
keseluruhan ajaran Islam berdiri dan didirikan. Karena kedudukan akidah
demikian penting, maka akidah seseorang muslim harus kuat. Dengan kuat
akidahnya akan kuat pula keislamannya secara keseluruhan. Untuk memperkuat
akidah perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua hal: 1. Mengamalkan keseluruhan
ajaran Islam sesuai kemampuan secara sungguh-sungguh. 2. Mempertajam dan
memperluas pengertian tentang ajaran Islam. Jadi akidah dapat diperkuat dengan
pengamalan, pengalaman dan pemahaman.
E.TUJUAN
STUDI ISLAM
Studi Islam
adalah sebuah usaha untuk mempelajari islam secara mendalam dan segala
seluk-beluk yang berhubungan dengan agama Islam. Studi islam ini mempunyai
tujuan yang jelas, sekaligus menunjukkan arah studi Islamtersebut. Dengan arah
dan tujuan yang jelas itu, dengan sendirinya, studi islam merupakan usaha sadar
dan tersusun secara sistematis.
Muhaimin dalam
bukunya mengemukakan bahwa arah dan tujuan studi islam dapat di rumuskan
sebagai berikut:
1.Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya
(hakikat) agama islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan
agama-agama lain dengan kehidupan budaya manusia.Sehubungan dengan hal ini,
studi Islam di lakukan berdasarkanasumsi bahwa sebenarnya agama di turunkan
Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan
dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia di muka bumi. Agama-agama
yang mulanya tumbuh dan berkembang berdasarkan pengalaman dan penggunaan akal
serta budidaya manusia,di arahkan oleh Islam menjadi agama monotheisme yang
benar. Sementara itu, Allah telah menurunkan ajaran islam sejak fase awal dari pertumbuhan
dan perkembangan akal dan budi daya manusia tersebut.
Dalam era moderen ini studi islam menjadi sangat penting.
Karena agama, termasuk islam memerankan sejumlah peran dan fungsi di
masyarakat. Studi islam sendiri diharapkan dapat melahirkan suatu masyarakat
yang siap hidup bertoleran (tasamuh) dalam wacana pluralitas agama, sehingga
tidak melahirkan muslim eksterm yang membalas kekerasan agama dengan kekerasan
agama pula..
Secara detail arah dan tujuan studi islam sendiri dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya hakikat)agama
Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam
kehidupan budaya manusia.
2.
Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang
asli, dan bagaimana penjabaran serta operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan
perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.
3.
Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang
tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya.
4.
Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nili-nilai dasar
ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan
serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern
ini.
Studi ini
berasumsi bahwa agama islam adalah agama fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran
agama islam tentunya sesuai dengan fitrah manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di
atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “perkembangan
studi islam” Bahwasalnya :
1.
Perkembangan studi islam di Indonesia yang telah
dimulai sejak zaman kerajaan dari abad 13 M tersebut telah semakin
berkembang dengan munculnya berbagai macam lembaga- lembaga serta tokoh-tokoh pendidikan islam di
Indoneisa.
2.
Kajian
tentang keislaman di barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para
sarjana baratmulai tertarik mempelajari dunia timur, khususnya dunia islam.
Perbedaan mendasar tradisi kajian islam di dunia Timur (islam)dan di barat
terletak pada pendekatan yang di gunakan.
3.
Ekspedisi Napoleon di SMesir memperkenalkan
ilmu pengetahuan dengan membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Ide-ide
baru yang diperkenalkan Napoleon di Mesir adalah a) sistem negara republik yang
kepala negaranya diplih untuk jangka waktu panjang, b) persamaan derajat, c)
kebangsaan (Nation). Raja dan pemuka Islam berpikir dan mencari jalan keluar
untuk mengambilkan balance of power yang telah membahayakan umat Islam. Maka
timbullah gerakan pembaharan yang dilakukan di berbagai negara. . Rasul adalah
guru, pelopor pendidikan Islam. Dari sana titik awal perkembangan pendidikan
Islam dimulai.
4.
.Metode Pembelajaran islam Pertama, mengenal Allah dan membandingkannya dengan sesembahan
agama-agama lain. Kedua, mempelajari
kitab Al-Qur’an dan membandingkan dengan kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab
yang di katakan samawi) lainnya. Ketiga ,
mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh
besar pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Keempat, mempelajari tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran
pemikiran lain.
5.
Metode
pembelajaran islam adalah agama yang di turunkan Allah adalah untuk membimbing
dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama
dan budaya umat manusia di muka bumi.
B.
Saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
–sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Daftar pustaka
Dr. M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta, PustakaPelajar, 1996)
Cet.V
Mircea Aliade, Metodologi Studi Agama, (Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 2000)
Anwar, Rosihon, Prof.Dr.M.Ag.,
Pengantar Studi Islam, (Bandung,
Pustaka Setia, 2009) Cet.I
Zuhairini,dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ) cet.9
Dr.Armai Arief, MA, Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, (Bandung:
Penerbit Angkasa,2005)